News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Disebut akan Memanfaatkan Momen Hari Kemenangan untuk Menyatakan Perang Total

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin menyapa penonton saat menghadiri konser yang menandai ulang tahun kedelapan pencaplokan Krimea oleh Rusia di stadion Luzhniki di Moskow. (18 Maret 2022). (Ramil SITDIKOV/POOL/AFP) *** Local Caption *** Vladimir Putin Menghadiri Perayaan 8 Tahun Rusia Merebut Krimea

TRIBUNNEWS.COM - Pada Senin, 9 Mei besok, ribuan tentara, tank, dan kendaraan militer akan berbaris melalui Lapangan Merah Moskow, Rusia.

Sementara, jet tempur menderu di atas kepala, sebagai bagian dari parade Hari Kemenangan tahunan.

Hari Kemenangan esok akan menandai peringatan 77 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Hari kebanggaan ini dipandang oleh beberapa pengamat sebagai alat propaganda untuk pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memanfaatkan sejarah untuk invasi berkelanjutannya ke Ukraina.

Beberapa orang khawatir Putin akan menggunakan kesempatan perayaan tahun ini untuk meningkatkan upaya perang.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan para pemenang hadiah budaya negara melalui tautan video di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2022. Presiden Putin pada 25 Maret mengecam Barat karena mendiskriminasi budaya Rusia, dengan mengatakan hal itu seperti upacara pembakaran buku oleh pendukung Nazi pada tahun 1930-an. (Mikhail KLIMENTYEV / SPUTNIK / AFP)

Baca juga: 4 Alasan Mengapa Mariupol Begitu Penting untuk Rusia, Ada Makna Historis bagi Putin

Baca juga: Video Detik-detik Ukraina Hancurkan Kapal Rusia di Laut Hitam, Serangan Kapal Kedua setelah Moskva

“Kemenangan dalam Perang Dunia II menjadi mitos yang menentukan dalam kehidupan Soviet pasca-perang, bahkan melampaui Revolusi dalam arti pentingnya,” jelas Stephen Norris, Profesor Sejarah Rusia di University of Miami, dikutip dari AlJazeera.

“Dua puluh tujuh juta warga Soviet tewas selama perang, dan kemenangan jelas harus dibayar mahal. Itu juga memvalidasi pengorbanan yang dilakukan selama perang."

"Penulis pemenang Hadiah Nobel, Svetlana Alexievich, telah menangkap ini dengan baik, dengan menyatakan sejarah kemenangan menggantikan sejarah perang yang sebenarnya.”

Menjelang Hari Kemenangan, beberapa pengamat percaya bahwa petinggi Rusia dan Putin akan menyatakan perang total.

Mereka, ujar pengamat, merasa frustrasi karena kurangnya kemajuan dalam menaklukkan Ukraina.

“Putin dan para penasihatnya tentu memperhatikan peringatan sejarah dan suka menggunakannya untuk memperkuat kekuasaan mereka,” kata Norris.

“Mengingat betapa pentingnya Hari Kemenangan bagi Putin dan Putinisme, sulit untuk membayangkan bahwa pemerintahnya tidak akan mencoba menggunakannya untuk tujuan tertentu. Sulit untuk melihat segala jenis kemenangan diumumkan."

"Sebaliknya, ketakutan saya adalah bahwa Putin akan menggunakan hari libur (Hari Kemenangan) untuk mengumumkan serangan baru dan fase baru perang.”

Beberapa juga khawatir Putin mungkin mengumumkan mobilisasi massa, memanggil pria berbadan sehat untuk bertugas.

Tetapi, rumor sebelumnya tentang darurat militer dan wajib militer pada Maret, terbukti salah.

Baca juga: China Disebut Pelajari Konflik Rusia-Ukraina untuk Mendapatkan Kontrol atas Taiwan

Baca juga: Pengguna VPN di Rusia Melonjak Selama Konflik dengan Ukraina

“Sulit untuk melakukan wajib militer umum: Saya pikir saat itulah orang Rusia akan keluar dan memprotes,” kata Elizabeth Wood, Profesor Sejarah di MIT.

“Anda dapat wajib militer semua orang di Buryatia (daerah pegunungan di Siberia), tetapi jika Anda wajib militer Moskow, mereka akan protes."

"Saya pikir dia juga tidak bisa menyatakan kemenangan. Saya pikir mereka merencanakan perang keras yang panjang."

Sejarah Hari Kemenangan Rusia

Jet tempur MiG-29SMT Rusia membentuk simbol "Z" untuk mendukung aksi militer Rusia di Ukraina, terbang di atas kota Moskow tengah pada latihan parade militer Jelang Perayaan Hari Kemenangan Rusia, Moskow, Sabtu (7 Mei 2022). Rusia akan merayakan ulang tahun ke-77 dari Kemenangan 1945 atas Nazi Jerman pada 9 Mei mendatang. (Kirill KUDRYAVTSEV/AFP) (AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV)

Masih dari AlJazeera, Hari Kemenangan pertama kali dirayakan pada 1965 di bawah Pemimpin Soviet, Leonid Brezhnec, seorang veteran Perang Dunia II.

Perayaan itu juga ditandai di seluruh diaspora Rusia dan negara-negara bekas Soviet lainnya, termasuk Ukraina.

Namun, Ukraina secara simbolis memindahkan tanggal Hari Kemenangan menjadi 8 Mei pada 2015.

Pada 8 Mei 1945, komandan pasukan Jerman yang tersisa menyerah pada Tentara Merah.

Tetapi, karena perbedaan waktu antara Berlin dan Moskow, di Rusia momen itu terjadi pada 9 Mei 1945.

Hari Kemenangan menandai pengorbanan besar yang dilakukan orang-orang Rusia dan negara-negara lain di Uni Soviet dalam perang melawan Nazisme.

Baca juga: Menteri Keuangan Ukraina Serukan Embargo Total Terhadap Impor Minyak dan Gas Rusia

Baca juga: Amerika Serikat Buang Badan Atas Insiden Tenggelamnya Kapal Penjelajah Rusia

Pada 22 Juni 1941, tentara Jerman memulai invasinya ke Uni Sovet, yang diberi nama Operasi Barbarossa.

Penguasa Soviet, Joseph Stalin, tak siap, usai mengambil bagian dalam invasi Polandia tahun 1939 dengan Nazi.

Ia mengira kesepakatannya dengan Adolf Hitler akan melindunginya.

Stalin bahkan tak mengindahkan peringatan diplomat asing atau agennya sendiri.

Sementara itu, Hitler dengan arogannya percaya bahwa perang akan berlangsung tidak lebih dari tiga bulan, di mana pasukannya tak membawa pakaian musim dingin.

Meskipun ada keberhasilan awal Jerman, Tentara Merah tak menyerah.

“(Tanggal) 22 Juni 1941 adalah peristiwa 11 September dalam sejarah Rusia,” kata Wood.

“Ini adalah saat Rusia merasa diserang secara besar-besaran oleh negara yang telah menyatakan bahwa semua orang Slavia kurang dari manusia. Ini adalah perang eksistensial bagi Rusia.”

Tanah Rusia akan digunakan sebagai Lebensraum atau "ruang hidup" bagi pemukim Jerman.

Pasukan Wehrmacht diberikan izin bebas untuk melakukan eksekusi massal terhadap tawanan perang, sementara Schutzstaffel (SS) melakukan kekejaman terhadap warga sipil Soviet, terutama yang berasal dari Yahudi, atas rencana genosida Hitler untuk “solusi akhir”.

Baca juga: Besok 77 Pesawat dan Helikopter akan Terbang di Langit Moskow Tandai Hari Kemenangan Rusia

Baca juga: Rusia Siap Luncurkan Pesawat Hari Kiamat untuk Mengamanankan Putin

Selama invasi Kharkiv di Ukraina, SS membantai 15.000 orang Yahudi Ukraina.

Sementara itu, lebih dari satu juta warga sipil tewas dalam pengepungan Leningrad tahun 1941-44, yang dialami oleh keluarga Putin sendiri.

Putin telah mengungkapkan kakak laki-lakinya meninggal karena difteri, sementara ayahnya bertugas di regu sabotase dan terluka.

Tetapi, pada 1943, kemajuan cepat Jerman runtuh di bawah beban musim dingin Rusia yang sengit dan gerilyawan partisan.

Mereka kehilangan pertempuran penting seperti Stalingrad, salah satu bentrokan paling mematikan dalam perang di mana Tentara ke-6 Jenderal Paulus tewas dalam ribuan karena kelaparan, dingin, dan tembakan Rusia.

Serangan balik Tentara Merah mendorong Jerman kembali melalui Polandia, dan pada Mei 1945, tentara Rusia mengibarkan bendera merah di atas Reichstag.

Putin Yakin Pasukannya Tak akan Kalah Melawan Ukraina

Personel darurat membersihkan puing-puing setelah sebuah bom menghancurkan sekolah di Desa Bilohorivka, Ukraina pada Sabtu 7 Mei 2022. Foto dari Gubernur Regional Luhansk Serhiy Hayday. (CNN/Gubernur Regional Luhansk Serhiy Hayday.)

Presiden Rusia Vladimir Putin yakin bahwa dia tidak akan kalah melawan Ukraina.

Putin percaya 'menggandakan' kekuatan perang di Ukraina akan membuat kemajuan bagi Rusia.

Tetapi, Putin tidak menunjukkan tanda-tanda rencana untuk menggunakan senjata nuklir taktis, kata Direktur CIA, Bill Burns.

Terlepas dari kegagalan pasukan Rusia untuk merebut Kyiv dan perjuangan mereka untuk maju di sepanjang garis depan utama perang di wilayah Donbas tenggara, Putin tidak mengubah pandangannya bahwa pasukannya dapat mengalahkan pasukan Ukraina, kata direktur CIA pada Sabtu (7/5/2022).

Burns mengatakan bahwa keyakinan Putin pada kemampuan Rusia untuk melemahkan perlawanan Ukraina mungkin belum tergoyahkan meskipun telah mengalami kekalahan di medan perang.

“Saya pikir dia dalam kerangka berpikir di mana dia tidak percaya dia mampu untuk kalah,” kata Burns, dilansir AlJazeera.

Kepala badan intelijen Amerika Serikat mengatakan bahwa Putin telah "menggoyahkan" Ukraina selama bertahun-tahun, yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet - menggambarkan pemikiran pemimpin Rusia tentang masalah ini sebagai "kombinasi yang sangat mudah terbakar dari keluhan dan ambisi dan ketidakamanan".

Pemimpin Rusia tidak terhalang oleh perlawanan keras yang ditunjukkan oleh angkatan bersenjata Ukraina dalam perang, "karena dia mempertaruhkan begitu banyak pilihan yang dia buat untuk meluncurkan invasi ini," kata Burns.

“Saya pikir dia yakin sekarang bahwa menggandakan (perang) masih akan memungkinkan dia untuk membuat kemajuan.”

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kepala CIA: Putin Yakin Pasukan Rusia Tak akan Kalah Lawan Ukraina

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Yurika)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini