Denmark bukan satu-satunya negara yang menderita akibat melonjaknya harga menyusul operasi militer Rusia di Ukraina dan sanksi Barat yang dihasilkan terhadap Moskow.
Harga bahan bakar dan makanan telah meroket di seluruh dunia selama dua bulan terakhir di tengah kekhawatiran penghentian pasokan energi Rusia dan gangguan rantai pasokan.
Untuk menghadapi kenaikan harga, bank sentral di AS, Inggris, dan negara lain telah menaikkan suku bunga.
Namun, Nationalbanken Denmark belum mengubah suku bunga utamanya, sementara Bank Sentral Eropa juga mempertahankan suku bunga sejauh ini meskipun inflasi melonjak di zona euro.
Situasi di Estonia Juga Buruk
Indeks harga konsumen Estonia mengalami lonjakan dramatis 18,8 persen tahun-ke-tahun di bulan April, dengan harga naik lebih cepat daripada sebelumnya dalam beberapa decade.
Badan Statistik Estonia melaporkan harga barang dan jasa masing-masing 14,4 persen dan 27,8 persen lebih mahal di April dibandingkan periode sama tahun lalu.
Indeks harga konsumen dilaporkan paling terpengaruh oleh perubahan harga perumahan, yang kontribusinya lebih dari 40 persen.
Harga listrik mengalami lonjakan besar sebesar 119 persen, sementara energi panas menjadi 57,7 persen lebih mahal daripada April 2021.
Sementara itu, gas melonjak 237,2 persen. Harga sewa juga melonjak 34,4 persen.
“Pada bulan April, skema kompensasi otomatis untuk listrik, biaya transmisi listrik, pemanasan distrik, gas pipa dan biaya transmisi gas berakhir,” jelas Trasanov dari Badan Statistik Estonia.
Perubahan harga untuk makanan dan minuman non-alkohol, serta perubahan harga untuk transportasi, menyumbang hampir seperlima dari total kenaikan.
Harga kentang dilaporkan melonjak 134,3 persen, minyak naik 57 persen, sereal dan tepung mengalami lonjakan harga 37,7 persen.
Sementara harga produk pasta dan telur masing-masing tumbuh 36,9 persen dan 34,8 persen. Sementara itu, ikan segar mengalami kenaikan harga sebesar 30,7 persen. Bensin 32,5 persen dan solar 48,6 persen lebih mahal.