Jeritan tajam rekan-rekannya terdengar melalui layar saat Abu Akleh, yang masih mengenakan helm dan jaket antipeluru berwarna biru bertanda kata “PRESS”, berbaring telungkup di dekat pohon.
Seorang pemuda Palestina dari daerah itu berhasil melompati pagar dan menarik tubuhnya ke tempat yang aman, saat suara tembakan terdengar di latar belakang.
Menurut wartawan yang ditempatkan di sekitar Abu Akleh, kelompok itu dengan jelas ditandai sebagai PERS, dan membuat diri mereka dikenal pasukan Israel di daerah tersebut.
Meskipun tanda pers mereka jelas, Abu Akleh ditembak di wajah, dan jurnalis Palestina lainnya ditembak di belakang.
Meskipun klaim Israel Abu Akleh terkena tembakan Palestina, wartawan yang hadir di tempat kejadian mengatakan itu adalah penembak jitu Israel yang menargetkan mereka.
Impunitas Israel Akan Berlanjut
Pembunuhan Abu Akleh sangat menghancurkan, tetapi itu tidak mengejutkan.
Selama beberapa dekade, Israel telah menargetkan wartawan Palestina yang meliput wilayah Palestina yang diduduki.
Mereka membunuh puluhan wartawan dan melukai serta memenjarakan ratusan lainnya.
Pembunuhan Abu Akleh segera membawa kembali ingatan rekan kami Yaser Murtaja, seorang jurnalis muda Palestina di Gaza yang ditembak mati pada 2018 oleh penembak jitu Israel saat meliput protes Great March of Return.
Murtaja, seperti Abu Akleh, juga ditandai dengan jelas sebagai pers, dan terbunuh saat mengenakan rompi antipeluru birunya.
Kelompok hak asasi manusia Palestina Al-Haq menemukan selama protes Great March of Return, pasukan Israel sengaja menargetkan wartawan Palestina menggunakan tembakan langsung.
Sebagai jurnalis yang meliput Tepi Barat yang diduduki, kami telah terbiasa dengan serangan Israel terhadap kami.
Ketika meliput demonstrasi atau konfrontasi di Tepi Barat, wartawan sering ditembak dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam.