Dalam kasus di mana agresi Israel terhadap jurnalis tidak mematikan, hal itu dapat menyebabkan cedera yang mengancam jiwa dan cacat seumur hidup.
Pada 2019, jurnalis Palestina Muath Amarneh kehilangan matanya setelah pasukan Israel menembaknya dengan peluru baja berlapis karet.
Menurut Sindikat Jurnalis Palestina (PJS), sejak pendudukan Israel atas Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza pada tahun 1967, diperkirakan 86 wartawan Palestina telah tewas.
Lebih dari setengahnya telah terbunuh dalam beberapa tahun sejak tahun 2000. Antara 2020 dan 2022 saja, PJS mengatakan enam jurnalis Palestina tewas di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki.
Impunitas Israel Terus erlanjut
Cukup menyedihkan untuk mengetahui Abu Akleh bukanlah jurnalis Palestina pertama yang dibunuh oleh Israel.
Tetapi bahkan lebih menyedihkan untuk hidup dengan pengetahuan dia pasti tidak akan menjadi yang terakhir.
Keadilan baginya dan keluarganya hanyalah mimpi yang jauh, tidak mungkin tercapai.
Setiap ekspresi "kesedihan" atau seruan untuk "penyelidikan" atas kematiannya oleh Israel atau pendukungnya, termasuk AS, hanyalah basa-basi dan tentu saja tidak diungkapkan dengan itikad baik.
Mesin propaganda Israel sudah bekerja keras untuk menangkis dan menugaskan kembali kesalahan.
Mesin Propaganda Israel Sudah Bergerak
Pemerintah Israel mengedarkan video yang belum diverifikasi, mengklaim sebenarnya tembakan orang Palestina yang membunuh Abu Akleh.
Kesaksian tak terhitung jumlahnya dari wartawan di tempat kejadian menyatakan mereka ditempatkan jauh dari pejuang Palestina, dan bahwa tembakan Israel yang membunuhnya.
Pemerintah Israel telah memposisikan dirinya seperti sosok baik hati. Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan telah meminta Palestina melakukan analisis dan investigasi patologis Bersama.