Kementerian luar negeri Rusia pada hari Kamis mengklaim bahwa tujuan NATO jelas, yaitu untuk terus memperluas perbatasan ke Rusia, untuk menciptakan sisi lain ancaman militer bagi Rusia.
Netralitas Finlandia
Rusia bersikeras bahwa kebijakan non-blok militer Finlandia berfungsi sebagai dasar stabilitas di Eropa utara.
Tetapi sekarang, Helsinki harus menyadari tanggung jawab dan konsekuensi dari langkah semacam itu.
NATO — atau Organisasi Pakta Atlantik Utara — didirikan pada tahun 1949 oleh AS, Kanada, dan beberapa negara Eropa Barat untuk memberikan keamanan kolektif terhadap Uni Soviet saat itu.
Sejak didirikan, aliansi tersebut memiliki hubungan yang rumit dengan Uni Soviet selama Perang Dingin, dan setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Finlandia tidak bergabung dengan NATO ketika didirikan.
Hal itu dikarenakan publik Finlandia sebagian besar mendukung posisi netralnya untuk menjaga hubungan damai dengan Rusia.
Bahkan, Finlandia menandatangani perjanjian damai dengan Uni Soviet pada tahun 1947 dan "perjanjian persahabatan" lebih lanjut pada tahun 1992 untuk membangun kebijakan ini.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Finlandia dan Swedia telah tumbuh lebih dekat dengan NATO.
Kedua negara mengambil bagian dalam beberapa operasi dan misi yang dipimpin oleh aliansi tersebut.
Rusia mengatakan bahwa Finlandia yang bergabung dengan NATO akan melanggar perjanjian 1947, yang dikatakan "menyediakan kewajiban para pihak untuk tidak masuk ke dalam aliansi atau berpartisipasi dalam koalisi yang diarahkan melawan salah satu dari mereka."
Rusia juga mengatakan kesepakatan 1992 juga akan dilanggar.
"Kami akan bereaksi sesuai dengan situasi," ujar kementerian luar negeri Rusia menyimpulkan pernyataannya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)