Noor-2 memiliki resolusi yang dilaporkan sekitar 10 m, cukup untuk mengawasi aktivitas umum di pangkalan musuh.
Termasuk objek besar seperti kapal induk, tetapi bukan target yang lebih kecil, seperti pesawat atau kendaraan individu.
Presiden Iran Ebrahim Raisi memuji peluncuran satelit Noor-2 pada Maret sebagai pencapaian utama dan sumber kebanggaan nasional.
Satelit ini dioperasikan Komando Dirgantara Korps Pengawal Revolusi Islam, dan mengorbit bumi setiap 90 menit untuk digunakan dalam operasi pengintaian dan penginderaan jauh.
Komandan Pasukan Dirgantara IRGC Ali Jafarabadi berjanji bahwa Iran akan meluncurkan “serangkaian” satelit Noor di tahun-tahun mendatang.
Satelit tambahan diharapkan menerima peningkatan teknis saat tersedia.
Satelit Noor pertama, diluncurkan pada April 2020, mengejutkan pengamat AS setelah mengambil gambar rinci Pangkalan Udara Al-Udeid, Doha.
Al-Udeid adalah fasilitas militer AS terbesar di Timur Tengah, dengan sebanyak 11.000 personel dikerahkan secara permanen di sana pada satu waktu.
Iran bukan satu-satunya kekuatan luar angkasa pemula yang membuat kemajuan dalam teknologi pengawasan satelit terlepas dari sumber daya yang terbatas dan sanksi barat.
Pada Februari, Korea Utara meluncurkan satelit pengintaian ujinya sendiri, merilis gambar Semenanjung Korea dari luar angkasa.
Pyongyan mengatakan tes itu dimaksudkan untuk mengkonfirmasi karakteristik dan akurasi kerja sistem fotografi definisi tinggi, dan sistem transmisi data.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)