Kremlin juga telah memperingatkan Swedia dan Finlandia mereka akan membahayakan keamanan mereka, daripada meningkatkannya, dengan bergabung dengan aliansi tersebut.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Perancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.
Di Riga, Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics mengatakan negaranya menyetujui Finlandia dan Swedia bergabung NATO.
Mereka mencatat penambahan mereka ke aliansi akan mengubah Laut Baltik menjadi "laut NATO". Rinkevics mengatakan hal itu ke media Financial Times.
Bersama rekan-rekannya di Estonia dan Lithuania, Rinkevics menyatakan keinginannya untuk meratifikasi aplikasi keanggotaan kedua negara Nordik.
Tiga Negara Baltik Bersemangat
Ketiganya mengatakan kepada Times, mereka akan mendapat manfaat dari kekuatan militer Finlandia dan Swedia, khususnya armada jet tempur AS-Finlandia.
Terlepas dari dukungannya yang tak tanggung-tanggung untuk masuknya tetangga utara Rusia ke NATO, Rinkevics berharap untuk lebih banyak pasukan NATO di negaranya.
Transformasi Baltik menjadi aset NATO “tidak mengubah tuntutan kami untuk peningkatan NATO di wilayah Baltik.”
Menlu itu menambahkan masih ada masalah yang harus ditangani, dan situasi keamanan saat ini membutuhkan tindakan yang lebih berani.
NATO telah mengirim 1.000 tentara tambahan masing-masing ke Estonia, Latvia, dan Lithuania dari negara-negara anggota Eropa awal tahun ini.