TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Mikhail Podoliak, satu di antara negosiator Ukraina, mengatakan dia ingin kata 'Rusia' dilupakan di wilayah Ukraina yang saat ini lepas dari kendali Kiev.
Ia pun juga seperti menginginkan penghapusan mereka yang menyebut dirinya pihak berwenang di Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk yang diakui Rusia sebagai negara merdeka.
Berbicara kepada saluran ICTV Ukraina pada Kamis (19/5/2022), penasihat Presiden Volodymyr Zelensky itu menginginkan semua elemen kriminal di Donbass dilenyapkan secara fisik.
Langkah itu akan dilakukan jika militer Ukraina kembali merebut wilayah Donbass yang saat ini dikendalikan pasuan Rusia dan milisi bersenjata Donbass.
Baca juga: Curhat Komandan Batalyon Azov di Azovstal yang Terkepung Pasukan Rusia
Baca juga: Propaganda Ukraina dan Nasib Warga Sipil di Komplek Pabrik Baja Azovstal
Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov
Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina
Podoliak mendefinisikan prioritas utama Ukraina saat ini adalah “membebaskan, dan melakukannya dengan cara sekeras mungkin kehadiran pasukan Rusia di Kherson dan Zaporozhye di selatan Ukraina.
Merebut kembali wilayah tersebut akan membantu Kiev mendapatkan kembali akses ke Laut Azov, sesuatu yang sangat dibutuhkan Ukraina.
Pejabat itu menambahkan dia ingin kata 'Rusia' dilupakan dan dimasukkan ke dalam sejarah di wilayah Kharkov, yang berbatasan dengan Rusia.
Pasukan Ukraina terus melakukan serangan balasan di Kharkov yang belum bisa sepenuhnya dikuasai pasukan Rusia.
Negosiasi damai antara Moskow dan Kiev, yang Podoliak telah ambil bagian secara aktif, dimulai pada akhir Februari, tak lama setelah Rusia menyerang negara tetangganya itu.
Beberapa putaran pembicaraan berlangsung di Belarus, serta melalui telekonferensi sepanjang Maret. Ada sedikit kemajuan di proses negosiasi ini.
Kedua delegasi bertemu di Istanbul pada 29 Maret 2022. Kepala negosiator Rusia, Vladimir Medinsky, mengklaim pada hari berikutnya Ukraina pada prinsipnya setuju jadi negara netral.
Mereka siap meninggalkan keinginannya mendapatkan senjata nuklir, dan untuk melakukan latihan pasukan hanya dengan persetujuan dari negara-negara penjamin, termasuk Rusia.
Namun, pada awal April, menyusul kabar dugaan pembunuhan massal di Bucha, Kiev menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang.
Negosiasi Buntu Sesudah Seri Istanbul