Pertempuran al-Durayhimi, yang berlangsung selama sekitar dua tahun, menjadi salah satu pertempuran paling kejam dalam perang Yaman.
Pertempuran dimulai ketika pasukan besar bersenjata berat dari koalisi pimpinan Saudi, yang sebagian besar terdiri dari pasukan Uni Emirat Arab (UEA) dan proksi mereka, berusaha mendorong Houthi keluar dari al-Durayhimi pada Juli 2018.
Sementara pasukan koalisi gagal merebut distrik itu, mereka mampu mengepungnya. Pengepungan ketat dipatahkan Houthi pada November 2020 menyusul serangan balik yang sukses.
Rekaman yang dirilis Houthi, yang merupakan propaganda pertempuran, mengungkapkan bagaimana kelompok itu mengirimkan pasokan kepada para pejuang dan warga sipilnya di al-Durayhimi meskipun dikepung koalisi pimpinan Saudi.
Dalam rekaman itu, Houthi menggunakan container roket yang diimprovisasi, guna mengirimkan makanan kepada para pejuang dan warga sipil yang terkepung di al-Durayhimi.
Houthi juga menjatuhkan pasokan ke para pejuang dan warga sipil yang terkepung dari pesawat tak berawak.
Kelompok tersebut menggunakan helikopter Mi-171Sh untuk mengirimkan pasokan ke distrik tersebut.
Tidak diketahui sebelumnya kelompok tersebut mengoperasikan helikopter yang ditinggalkan oleh militer lama Yaman.
Kemampuan Houthi untuk memasok pejuang dan warga sipil mereka di al-Durayhimi menggunakan cara yang sangat unik ini berkontribusi pada kemenangan mereka dalam pertempuran.
Sebuah kemenangan yang memperkuat kehadiran kelompok tersebut di pantai Laut Merah yang strategis di Yaman.
Rekaman baru menyoroti kreativitas dan kegigihan Houthi. Dua kualitas yang membuat kelompok kecil yang terisolasi itu menjadi kekuatan regional yang harus diperhitungkan.
Pada 8 Mei, sayap pro-Saudi dari Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan pertahanan udaranya telah menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak bersenjata yang diluncurkan Houthi di Provinsi Saada, Yaman utara.
Komandan Brigade 3 “Asefah”, Mayor Jenderal Muhammad al-Ajabi, mengatakan drone Houthi terdeteksi unit pengintai saat terbang di atas posisi militer di pegunungan Kalh al-Kirs dan al-Madafn di distrik Dhaher.
Setelah terdeteksi drone itu dengan cepat ditembak jatuh oleh unit pertahanan udara. “Pelanggaran ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap gencatan senjata PBB,” kata al-Ajabi, menurut Kantor Berita Saba.