News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Mantan Presiden Moldova Ditempatkan di Bawah Tahanan Rumah, Dikenal Pro-Rusia

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin blok Komunis dan Sosialis dan mantan Presiden Moldova Igor Dodon menghadiri rapat umum di Chisinau pada 9 Juli 2021. Para pemilih di Moldova menuju ke tempat pemungutan suara pada 11 Juli 2021 dalam pemilihan parlemen cepat yang diminta oleh Presiden baru Maia Sandu untuk memperkuatnya posisi melawan pasukan pro-Rusia.

TRIBUNNEWS.COM - Pengadilan di Moldova menempatkan mantan Presiden Igor Dodon di bawah tahanan rumah selama 30 hari.

Dodon tengah menghadapi penyelidikan atas dugaan pengkhianatan, korupsi, pengayaan gelap, dan pendanaan partai ilegal.

Dilansir Al Jazeera, Moldova dengan tegas mendukung Kyiv sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina.

Penangkapan Dodon yang pro-Rusia terjadi pada saat hubungan antara Moskow dan Chisinau semakin tegang.

Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-93, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi

Baca juga: Ingin Negaranya Merdeka, Presiden Ukraina Minta Barat Berhenti Main-main dengan Rusia

Pemimpin blok Komunis dan Sosialis dan mantan Presiden Moldova Igor Dodon menghadiri rapat umum di Chisinau pada 9 Juli 2021. Para pemilih di Moldova menuju ke tempat pemungutan suara pada 11 Juli 2021 dalam pemilihan parlemen cepat yang diminta oleh Presiden baru Maia Sandu untuk memperkuatnya posisi melawan pasukan pro-Rusia.

Dodon ditahan pada Selasa (24/5/2022) di rumahnya yang berlokasi di Ibu Kota Chisinau setelah digeledak oleh penyidik.

Penempatan Dodon sebagai tahanan rumah selama 30 hari diputuskan pada Kamis (26/5/2022).

Dodon menjabat sebagai Presiden Moldova dari 2016 hingga 2020 kemarin.

Dia memimpin blok oposisi pro-Rusia di negara Eropa Timur itu.

Baca juga: Pabrik Baja Hancur Dibom Militer Rusia, Miliarder Ukraina Bakal Tuntut Rusia

Baca juga: Wali Kota Severodonetsk: 1.500 Orang Tewas akibat Pertempuran Sengit Rusia dengan Ukraina

Tuduhan bermotif politik

Berbicara saat meninggalkan ruang sidang, Dodon mengklaim tuduhan terhadapnya bermotif politik dan atas perintah kekuatan asing.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa hakim menjalankan “perintah politik” dari Presiden pro-Barat Maia Sandu, yang menggantikan Dodon pada 2020.

“Ini adalah masalah politik yang bertujuan untuk menetralkan oposisi,” kata Dodon dalam sebuah video yang diterbitkan oleh situs berita Moldova, Protv.md.

"Aneh dan tercela bagi mereka yang ... mengisi semua lembaga negara dengan penasihat asing, Rumania, Amerika dan Jerman, yang mengendalikan semua lembaga, menuduh saya berkhianat," katanya.

Dodon telah membantah semua kesalahan.

Baca juga: Eks Perwira Intel Swiss Ini Beberkan Kronologi Rinci Konflik Rusia-Ukraina (BAGIAN I)

Baca juga: Alami Kerugian Besar karena Perang, Orang Terkaya Ukraina Bakal Gugat Rusia

Bekas republik Soviet

Salah satu negara termiskin di Eropa, Moldova adalah bekas republik Soviet yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991.

Rusia mempertahankan pasukannya di wilayah Transnistria, Moldova, yang separatis, yang juga dikenal sebagai Transdniestria, negara bagian yang disengketakan dan didukung Rusia yang berbatasan dengan Ukraina barat daya.

Dalam beberapa bulan terakhir, separatis Rusia di wilayah yang memisahkan diri itu menyalahkan negara tetangga Ukraina atas apa yang mereka katakan sebagai penembakan, ledakan, dan serangan pesawat tak berawak—meningkatkan kekhawatiran bahwa Moldova dapat terseret ke dalam konflik di Ukraina.

Baca juga: Putin Tawarkan Kemudahan kepada Warga Ukraina untuk Pindah Kewarganegaraan

Baca juga: Rusia Disebut Hanya Memiliki Waktu Hingga 9 Bulan untuk Memenangkan Perang di Ukraina

Juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov (RT.COM)

Komenter Kremlin

Kremlin sebelumnya mengatakan prihatin dengan laporan bahwa Dodon telah ditahan.

Dikutip Euronews, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow "khawatir" dengan "penganiayaan" Dodon, tetapi juga mengakui bahwa itu adalah urusan internal Moldova, Kamis (26/5/2022).

"Kami, tentu saja, khawatir bahwa sekali lagi, praktik dan penganiayaan seperti itu digunakan terhadap mereka yang mendukung pengembangan hubungan persahabatan dan saling menguntungkan dengan Federasi Rusia," katanya kepada wartawan melalui panggilan konferensi.

Faksi pro-Barat dan pro-Kremlin di negara itu semakin terpecah sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini