TRIBUNNEWS.COM - Kota Sievierodonetsk di Ukraina tampaknya hampir sepenuhnya dikepung oleh pasukan Rusia pada Jumat (27/5/2022).
Dilansir The Guardian, Kremlin dikabarkan terus meraih keuntungan tambahan dalam serangannya di Donbas.
Menggarisbawahi keadaan pertempuran di Donbas, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan bahwa Rusia membuat kemajuan yang lambat tetapi “terasa”, seperti yang dituduhkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Kremlin melakukan "genosida" di timur negara itu.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga menawarkan penilaian yang suram.
Baca juga: Presiden Ukraina Zelenskyy Kecam Rusia: Setuju Berunding Tapi Terus Lakukan Serangan
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-93, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
“Situasi militer di Ukraina timur bahkan lebih buruk daripada yang dikatakan orang dan negara itu membutuhkan senjata berat sekarang untuk memerangi Rusia secara efektif,” kata Dmytro Kuleba.
Komentarnya muncul ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengindikasikan bahwa mereka akan memberi Ukraina senjata yang semakin canggih, termasuk sistem roket multi-peluncur yang telah diminta oleh Kyiv.
Di tengah berita yang semakin suram dari kampanye di timur, di mana para tentara Ukraina terpaksa mundur dari beberapa posisi, Zelensky mengatakan Ukraina tidak ingin berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Ada hal-hal yang perlu didiskusikan dengan pemimpin Rusia. Saya tidak mengatakan kepada Anda bahwa bagi saya orang-orang kami ingin berbicara dengannya, tetapi kami harus menghadapi kenyataan dari apa yang kami alami,” kata Zelensky dalam pidatonya di sebuah lembaga think tank Indonesia.
“Apa yang kita inginkan dari pertemuan ini? ... Kami ingin hidup kami kembali ... Kami ingin merebut kembali kehidupan negara berdaulat di dalam wilayahnya sendiri," katanya.
Dia menambahkan bahwa Rusia tampaknya belum siap untuk pembicaraan damai yang serius.
Baca juga: Pabrik Baja Hancur Dibom Militer Rusia, Miliarder Ukraina Bakal Tuntut Rusia
Sebagai tanggapan, Kremlin mengatakan pihaknya menyalahkan Ukraina atas fakta bahwa pembicaraan damai antara kedua negara dibekukan, dengan mengatakan tidak jelas apa yang diinginkan Kyiv.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov angkat bicara.
"Kepemimpinan Ukraina terus-menerus membuat pernyataan yang kontradiktif. Ini tidak memungkinkan kami untuk sepenuhnya memahami apa yang diinginkan pihak Ukraina," katanya dalam panggilan telepon dengan wartawan.