TRIBUNNEWS.COM - Kementerian luar negeri Rusia mengatakan, mereka mengusir lima anggota staf kedutaan Kroasia di Moskow, Jumat (27/5/2022).
Hal ini sebagai tanggapan karena Kroasia mengatakan kepada 24 staf kedutaan Rusia untuk meninggalkan invasi di Ukraina pada April 2022 lalu, dilansir Reuters.
Rusia lalu mengatakan akan mengusir lima diplomat Kroasia.
Diberitakan The Wall Street Journal, Kementerian Luar Negeri Rusia telah memanggil duta besar Kroasia.
Rusia menyebut ini sebagai "upaya tak berdasar" Zagreb untuk menyalahkan Rusia atas kejahatan perang di Ukraina dan dukungan militernya untuk Ukraina.
Baca juga: Rusia Mulai Kepung Sievierodonetsk, Militer Ukraina Terancam Mundur Agar Tak Terjebak
Baca juga: Media Rusia Sebut Ada Lab Virus Berbahaya di Jakarta, Lokasinya di Tengah Perkampungan Padat
Pengusiran diplomat Kroasia tersebut terjadi hanya seminggu setelah Rusia mengeluarkan 34 diplomat Prancis, 27 Spanyol, dan 24 Italia, yang mengikuti pengusiran staf Kedutaan Besar Rusia oleh negara mereka.
Rusia juga telah mengusir sepasang diplomat Finlandia setelah memanggil duta besar Finlandia atas apa yang disebutnya sikap konfrontatif Helsinki terhadap Moskow dan pasokan senjatanya ke Ukraina.
Permintaan Kroasia ke 24 Staf Kedutaan Rusia
Sebelumnya, Kroasia mengatakan kepada 24 staf kedutaan Rusia untuk meninggalkan invasi Rusia ke Ukraina dan "agresi brutal".
Permintaan ini menyusul langkah serupa oleh negara-negara Uni Eropa lainnya.
"Ke-24 orang itu termasuk 18 diplomat," kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan, seperti diberitakan Reuters pada 11 April 2022.
Baca juga: WHO: Serangan Rusia Picu Krisis Kesehatan di Ukraina
Baca juga: Putin: Invasi ke Ukraina adalah Titik Balik Sejarah Rusia
Kementerian mengatakan duta besar Rusia dipanggil dalam protes atas "agresi brutal di Ukraina dan berbagai kejahatan yang dilakukan (di sana)."
"Pihak Rusia diberitahu tentang pengurangan staf administrasi-teknis kedutaan Federasi Rusia di Zagreb," kata pernyataan itu.
"Rusia akan memberikan tanggapan yang tepat," kata kantor berita TASS mengutip juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova.