TRIBUNNEWS.COM – Serangan mematikan menghancurkan sebuah rig atau pengeboran minyak lepas pantai Rusia di Laut Hitam pada Minggu (26/6/2022).
Ini menjadi serangan kedua terhadap pengeboran minyak milik Rusia dalam kurang dari sepekan terakhir.
TASS melaporkan, militer Ukraina dituduh menjadi pihak yang bertanggung jawab penyerangan roket tersebut.
Juru bicara layanan darurat Krimea mengatakan kepada TASS sebelumnya, saluran Telegram Baza, melaporkan bahwa sebuah roket yang menabrak rig pengeboran terapung Tavrida milik Chernomorneftegaz semalam, meninggalkan lubang di helipad platform.
“Ini adalah penembakan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina, tidak ada korban,” kata juru bicara layanan darurat kawasan itu tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Baca juga: Putin Lakukan Perjalanan Luar Negeri Pertama Sejak Invasi ke Ukraina, Lalu Bertemu Jokowi di Moskow
Pada 20 Juni, kepala Krimea, Sergey Aksyonov, mengungkapkan bahwa Ukraina telah menembaki anjungan pengeboran Chernomorneftegaz 71 km dari Odessa.
Tiga platform rusak, termasuk Tavrida. Salah satu platform (BK-1) hancur total. Tujuh orang hilang, dan tiga luka-luka. Secara total, ada 109 orang di peron, dengan mayoritas dari mereka kemudian dievakuasi.
Komite Investigasi Rusia membuka kasus pidana sehubungan dengan penembakan 20 Juni.
Awal bulan ini, perwakilan presiden Ukraina untuk Krimea, Tamila Tasheva, mengatakan bahwa Kiev sekarang mengandalkan sarana militer untuk 'mengembalikan' Krimea ke Ukraina, dan bahwa kampanye militer Rusia mendorong Kiev untuk sebagian besar meninggalkan diplomasi mengenai 'pendudukan' semenanjung itu.
Pasukan Ukraina telah kehilangan wilayah ke Rusia dan pasukan sekutu di Donbass, bahkan ketika negara-negara Barat memasok senjata yang lebih canggih ke Kiev.
Beberapa pejabat Ukraina telah menyatakan bahwa janji untuk tidak menggunakan senjata asing untuk menyerang sasaran di Rusia tidak berlaku untuk Krimea, yang dianggap Kiev sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-124, Berikut Peristiwa yang Terjadi
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.