TRIBUNNEWS.COM - Penjara dan perusahaan di seluruh Rusia dilaporkan merekrut sukarelawan untuk berperang di Ukraina.
Upaya ini diduga dilakukan militer Rusia untuk menggantikan pasukannya yang terkuras selama perang di Ukraina.
Selama empat bulan terakhir ini, Rusia memang mengerahkan pasukannya untuk merebut wilayah Ukraina di selatan dan timur.
Presiden Rusia Vladimir Putin pun telah mendeklarasikan kemenangan di Provinsi Luhansk setelah merebut Kota Lysychansk, Minggu (3/7/2022).
Kini pasukan Rusia dilaporkan mulai bergerak ke Provinsi Donetsk, untuk melanjutkan pertempuran.
Dilansir The Moscow Times, media investigasi iStories melaporkan, perusahaan militer swasta Wagner Group diduga membuka lowongan relawan perang kepada para narapidana di St. Petersburg dan Nizhny Novgorod.
Baca juga: Blinken Tidak Berencana Bicara dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Pertemuan FMM G20 Bali
Wagner menawarkan gaji tinggi dan amnesti selama enam bulan dinas.
"Kerabat saya diberi tahu: 'Sangat sulit untuk mendeteksi Nazi di sana (di Ukraina), mereka sangat terlatih,'" kata anggota keluarga seorang tahanan yang tidak disebutkan namanya kepada iStories.
Ia menceritakan soal pengakuan kerabatnya tentang pertemuan dengan perekrut.
"Mereka berkata: 'Anda akan berada di barisan depan membantu mendeteksi Nazi, jadi tidak semua orang akan kembali.'"
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari dengan tujuan denazifikasi dan demiliterisasi terhadap tetangganya yang pro-Barat.
Setelah gagal merebut ibu kota Kyiv, Rusia mengalihkan fokus serangan ke Ukraina timur untuk merebut Donbas.
Alih-alih kontrak tertulis, relawan penjara dilaporkan ditawari janji lisan sebesar 5 juta rubel ($90.500) atau sekitar Rp 1 miliar, yang dibayarkan kepada keluarga jika mereka meninggal.
Di salah satu penjara St. Petersburg, 200 narapidana awalnya menunjukkan minat pada tawaran itu.