"Stigma dan diskriminasi bisa sama berbahayanya dengan virus apapun," tegas Tedros.
Monkeypox kali pertama ditemukan di Afrika tengah pada 1950-an.
Di Inggris, sejauh ini ada lebih dari 2.000 kasus yang dikonfirmasi, pejabat kesehatan pun telah merekomendasikan orang-orang yang berisiko tinggi terkena Monkeypox, termasuk beberapa pria gay dan biseksual, serta petugas kesehatan untuk mendapatkan vaksin.
Gejala awal yang muncul biasanya termasuk demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening dan ruam atau lesi seperti cacar air yang melepuh.
Sering kali terjadi pada bagian mulut atau alat kelamin dalam kasus baru-baru ini dan infeksinya cenderung ringan.
Merespon hal tersebut Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, M Syahril menegaskan bahwa Monkeypox atau cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia.
"Sampai sekarang belum ada," ujarnya.
Melansir dari laman upk.kemenkes.go.id ada beberapa upaya yang saat ini tengah diberlakukan oleh pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran cacar monyet di Indonesia.
1. Memperbarui situasi dan frekuensi question (FAQ) terkait monkeypox yang dapat diunduh melalui https://infeksiemerging.kemkes.go.id/.
2. Mengeluarkan Surat Edaran NOMOR: HK.02.02/C/2752/2022 Tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Monkeypox di Negara non Endemis.
3. Melakukan revisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet untuk menyesuaikan situasi dan informasi baru dari WHO.
Baca juga: Kasus Monkeypox Dikonfirmasi di Singapura, Pasien Alami Ruam, Demam, Sakit Kepala
Beberapa hal di atas, diharapkan mampu meminimalisir kemungkinan tersebarnya kasus cacar monyet di tengah masyarakat Indonesia.
Gejala penyakit cacar monyet pada manusia:
1. Fase prodromal atau fase awal selama 1-3 hari