Xu Liping, seorang peneliti studi Asia Tenggara di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing, mengatakan kepada Global Times, selama masa jabatannya, Jokowi berusaha menarik investasi asing dan memperluas perdagangan.
Juga selama masa jabatannya, volume perdagangan antara Cina dan Indonesia berlipat ganda, yang merupakan pencapaian luar biasa.
Statistik menunjukkan volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan Cina mencapai lebih dari $ 120 miliar pada tahun 2021.
Angka ini meningkat 58,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun serangan COVID-19, dan tingkat peningkatannya melebihi anggota ASEAN lainnya.
Saat bertemu Penasihat Negara China dan Menteri Luar Negeri Wang Yi di Jakarta pada 11 Juli, baik Widodo dan Wang sepakat untuk mempercepat kerja sama pada proyek-proyek penting.
Antara lain Kereta Cepat Jakarta-Bandung, koridor ekonomi komprehensif regional dan beberapa kawasan industri.
Indonesia telah memperoleh prestasi besar di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan yang diusulkan Cina, dan di negara inilah Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 diusulkan.
Dia mencatat Cina mungkin berusaha untuk memperbarui memorandum untuk mendorong inisiatif dan pembangunan Poros Maritim Global Indonesia selama kunjungan Jokowi.
Menurut para pengamat, kerja sama antara Cina dan Indonesia lebih dari sekadar perdagangan dan proyek-proyek tertentu, tetapi juga beragam dan luas.
Xu mengatakan Cina telah membuat contoh sempurna untuk membangun "komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia" dengan Laos dan Kamboja.
Jika para pemimpin negara Cina dan Indonesia dapat mencapai konsensus dengan tujuan yang sama, itu akan menjadi terobosan besar. .
Para ahli juga memuji Indonesia sebagai mitra yang berdiri bersama Cina dalam menegakkan multilateralisme dan mempromosikan pembangunan global yang adil.
KTT Kepala Negara dan Pemerintahan G20 ke-17 akan berlangsung pada Oktober 2022 di Bali, Indonesia.
Di bawah kepresidenan Indonesia, G20 akan fokus pada tema "Pulihkan Bersama, Pulihkan Lebih Kuat."