Ia menceritakan betapa tidak seimbangnya kondisi pasukan Ukraina dan kemampuan Rusia. Pasukan infanteri Ukraia menurutnya hidup di bawah bombardemen Rusia.
Menurut Butusov, satu peleton tentara cadangan yang mencoba maju dihancurkan dalam hitungan menit. Hanya satu di antara 15 tentara tidak terluka.
“Semua cadangan dihabiskan, peralatan militer terbakar, dan musuh mendekat dan mengambil posisi kami tanpa masalah setelah rentetan artileri lainnya,” tulisnya.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk 2014.
Perjanjian itu dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Kedua negara penjamin itu gagal mewujudkan perjanjian yang disepakati.
Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral.
Rusia menuntut Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan blok militer barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Ulasan Thomas L Friedman
Di Washington, pakar ekonomi, kolumnis dan pemenang hadiah Pulitzer, Thomas L Fredman mengatakan ada ketidakpercayaan mendalam antara AS dan Zelensky.
Menulis di New York Times, Friedman hubungan antara Washington dan Kiev tidak seperti terlihat sebelumnya.
“Secara pribadi, para pejabat AS jauh lebih peduli tentang kepemimpinan Ukraina daripada yang mereka biarkan,” tulis Friedman, pemenang Hadiah Pulitzer tiga kali.
“Ada ketidakpercayaan yang mendalam antara Gedung Putih dan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky, jauh lebih banyak daripada yang telah dilaporkan,” katanya.