TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan misi pencarian fakta untuk menyelidiki serangan terhadap sebuah penjara di wilayah Donetsk.
Serangan roket di wilayah yang dikuasai pasukan Rusia itu menewaskan tawanan perang Ukraina. Misi ini disampaikan Sekjen PBB Antonio Guterres Rabu (3/8/2022).
“Saya memutuskan sesuai kompetensi dan kekuatan saya sendiri untuk meluncurkan misi pencarian fakta,” kata Gutteres.
Baca juga: Zelensky Umumkan Evakuasi Terhadap Warga Ukraina di Wilayah Donetsk
Baca juga: Bukti-bukti Tunjukkan Ukraina Membom Pusat Tawanan Azov di Donbass
Baca juga: Zelensky Akui Rusia Unggul, Ibaratkan Donbass Kini Seperti Neraka
“Saya tidak memiliki wewenang untuk melakukan investigasi kriminal tetapi untuk meluncurkan misi pencarian fakta. Mereka akan berbagi dengan pemerintah Rusia dan Ukraina," lanjut Guterres.
Pusat penahanan Elenovka di Donetsk, yang menampung tawanan perang Ukraina, diduga diserang pasukan Ukraina menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dipasok AS.
Anggota Batalyon Azov
Versi Kementerian Pertahanan Rusia dan otoritas Donetsk, serangan itu menewaskan 50 orang dan melukai lebih dari 70 orang.
Sebagian besar korban anggota Batalyon Azov, kelompok neo Nazi Ukraina yang ditangkap pasukan Rusia dalam pertempuran.
Dari lapangan, bukti-bukti tak terbantahkan menunjukkan pusat penahanan di Donetsk itu sengaja jadi target pengeboman pasukan Ukraina menggunakan roket HIMARS.
Media Rusia, Minggu (31/7/2022) menunjukkan serpihan-serpihan roket HIMARS yang dipasok AS dan digunakan pasukan Ukraina, ditemukan di lokasi penahanan.
Sekurangnya 50 tawanan anggota Batalyon Azov maupun tentara regular Ukraina tewas pada serangan Jumat (29/7/2022) dini hari itu.
Bukti video dan foto-foto menunjukkan jasad tawanan dalam posisi tidur di ranjangnya yang terbakar. Kanal Telegram Eva K Bartlett, jurnalis asal Kanada membagikan bukti itu.
Kumpulan serpihan roket HIMARS yang menghantam pusan penahanan anggota Batalyon Azov di wilayah Donetsk, Jumat (29/7/2022). Serangan itu menewaskan sekurangnya 50 tahanan.
Sebagian jenazah dalam kondisi tercerai berai dan terbakar. Koresponden Sputniknews berada di lokasi kejadian pagi sesudah serangan.