TRIBUNNEWS.COM - Ukraina akan segera memulai penarikan pasukan penjaga perdamaian dari misi yang dipimpin NATO di Kosovo.
Kabar ini diungkapkan portal berita lokal RBK-Ukraina dengan mengutip informasi dari Komando Militer Ukraina, Rabu (3/8/2022).
Dilansir Reuters, Ukraina saat ini mempertahankan 40 kontingen penjaga perdamaian di Kosovo.
Tentara Ukraina ini tergabung dalam misi KFOR pimpinan NATO yang berkekuatan 3.800 orang.
Namun pada bulan Maret lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeluarkan dekrit yang memerintahkan semua misi di luar negeri untuk pulang guna membantu perang melawan Rusia.
"Kembalinya kontingen nasional (Ukraina) akan berarti penghentian sementara partisipasinya dalam misi KFOR," lapor RBK-Ukraina, mengutip perintah militer Ukraina.
Baca juga: Kelompok G7 Pertimbangan Sanksi Baru Terkait Pembatasan Keuntungan Minyak Rusia
Menurut laporan itu, penarikan pasukan Ukraina sejalan dengan dekrit Presiden Zelensky pada 7 Maret.
Dekrit itu memerintahkan militer yang tergabung dalam misi untuk kembali ke negara menyusul adanya invasi Rusia pada 24 Februari.
Kabar ini turut dikonfirmasi pihak NATO.
Seorang pejabat aliansi militer mengatakan penarikan kontingen Ukraina tidak akan mempengaruhi misi penjaga perdamaian.
"Ukraina telah menjadi kontributor berharga bagi misi penjaga perdamaian kami. Kami menyambut baik kontribusi lama negara ini pada upaya kami sehari-hari dalam mendukung semua komunitas yang tinggal di Kosovo," kata pejabat itu.
Misi penjaga perdamaian NATO dikerahkan ke Kosovo pada tahun 1999 setelah kampanye pengeboman 78 hari aliansi itu memaksa pasukan Serbia untuk mengakhiri tindakan keras mereka terhadap orang Albania di Kosovo yang sekarang merdeka, yang sebelumnya merupakan provinsi selatan Serbia.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada tahun 2008, dan diakui oleh lebih dari 100 negara.
Namun beberapa negara belum mengakuinya.