News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kuasai Industri Persenjataan, Vladimir Putin Siap Tingkatkan Ekspor Senjata ke Negara Sekutu 

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin dan peluncur roket ganda Grad milik Rusia. Vladimir Putin pada hari Senin (15/8/2022) mengatakan bahwa Rusia siap untuk menjual senjata canggih kepada sekutu secara global dan bekerja sama dalam mengembangkan teknologi militer.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Presiden Rusia, Vladimir Putin pada hari Senin (15/8/2022) mengatakan bahwa Rusia siap untuk menjual senjata canggih kepada sekutu secara global dan bekerja sama dalam mengembangkan teknologi militer.

Namun, dengan dipukul mundurnya pasukan Rusia dari dua kota besar di Ukraina, hal itu menunjukkan bahwa industri persenjataan Rusia sudah terbukti tidak meyakinkan.

Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (16/8/2022) Putin yang saat itu sedang mengunjungi pameran senjata di luar Moskow, mengklaim kualitas persenjataan Rusia masih unggul.

Baca juga: Vladimir Putin: Rusia dan Korea Utara akan Memperluas Hubungan Bilateral

“Rusia menghargai hubungannya yang kuat dengan Amerika Latin, Asia dan Afrika dan siap untuk memasok sekutu di sana dengan berbagai persenjataan, mulai dari senjata ringan hingga kendaraan lapis baja, artileri, pesawat tempur dan drone,” kata Putin.

Di samping itu, Rusia saat ini menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan penjualan senjata sekitar 15 miliar dolar AS per tahun, hampir seperlima dari pasar ekspor global.

Seorang analis militer Barat mengatakan bahwa kegagalan pasukan Rusia dalam melawan musuh yang jauh lebih kecil di Ukraina, dapat merusak citra persenjataan Moskow.

"Dengan runtuhnya hubungan ekonomi dengan Barat, Rusia bahkan lebih bergantung pada perdagangan senjata, jadi tidak mengherankan jika Putin sangat ingin mempromosikan persenjataannya ke lebih banyak pelanggan non-Barat,” kata Ruth Deyermond, dosen senior di Departemen Studi Perang di King's College London.

Ketika ditanya mengenai sistem senjata Rusia yang berkinerja paling buruk selama perang di Ukraina, pensiunan Jenderal AS, Ben Hodges memberikan penilaian paling rendah untuk rudal berpemandu presisi.

Baca juga: Bank Sentral Rusia Berencana Luncurkan Rubel Digital pada 2024

Selain itu, dia juga menambahkan bahwa Sanksi Barat yang dikenakan terhadap Rusia juga menimbulkan pertanyaan tentang kemampuannya untuk mendapatkan komponen dan menyediakan perawatan untuk senjata yang dijualnya.

"Saya akan sangat prihatin sebagai calon pembeli tentang kualitas peralatan dan kemampuan industri Federasi Rusia untuk mempertahankannya," ungkap Hodges.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini