News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kelompok Peretas China Diduga Memata-matai Pemerintah, LSM, dan Media

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi hackers (peretas) internet.- Sebuah laporan mengungkapkan kelompok peretas melakukan operasi spionase selama bertahun-tahun terhadap banyak pemerintah, LSM< dan media.

Lalu, pada tahun 2022, saya masih mengatakan hal yang sama.”

Tercatat Recorded Future mengatakan banyak organisasi, terutama lembaga pemerintah, lambat mengadopsi otentikasi multi-faktor, yang membutuhkan lebih dari sekadar sandi curian untuk mengakses situs.

Amnesty International: akrab dengan target serangan siber

Nabila Khan, juru bicara Amnesty International, mengatakan organisasi itu akrab dengan target serangan siber.

“Amnesti sering menarik perhatian dari mereka yang memiliki niat jahat yang berusaha mengganggu aktivitas kami,” kata Khan kepada Al Jazeera.

“Kami memiliki sistem keamanan untuk mengurangi dan mengelola ancaman ini sebaik mungkin.”

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-175: Ukraina Laporkan Serangan Siber

Ilustrasi Hacker. (pixabay)

IFHR dan MERICS menolak berkomentar ketika dihubungi oleh Al Jazeera.

Organisasi target lainnya tidak menanggapi permintaan komentar.

Diidentifikasi CitizenLab Kanada 2018

RedAlpha pertama kali diidentifikasi oleh CitizenLab Kanada pada tahun 2018 dan diyakini telah mulai beroperasi sekitar tahun 2015.

Kelompok ini diyakini telah mempersenjatai sekitar 350 domain tahun lalu saja, menurut Recorded Future, yang mengatakan aktivitas terbarunya memiliki keunggulan dari kampanye sebelumnya.

Recorded Future mengatakan memiliki tingkat kepercayaan "tinggi" bahwa kelompok tersebut beroperasi sebagai proxy untuk negara China karena hubungan dengan perusahaan milik negara dan lembaga penelitian teknologi militer, dan pilihan target yang jelas merupakan kepentingan strategis bagi Beijing. .

Pakar intelijen mengatakan outsourcing pekerjaan spionase ke kontraktor swasta adalah taktik umum dari badan intelijen China.

Baca juga: Peretas Curi 29 NFT Moonbirds Senilai 1,5 Juta Dolar AS

Ilustrasi hacker. (CSO)

“Penggunaan aktor non-negara untuk spionase siber adalah strategi umum untuk beberapa negara di dunia saat ini,” kata Linderstål.

Kementerian Luar Negeri China tidak menanggapi permintaan komentar Al Jazeera.

Tetapi, seorang juru bicara pemerintah mengatakan kepada MIT Technology Review bahwa negara itu menentang semua serangan siber.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini