TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk tembakau alternatif seperti kantung nikotin, rokok elektrik, dan produk tembakau yang dipanaskan dinilai memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok.
Produk ini pun dimaksimalkan oleh sejumlah negara untuk menurunkan prevalensi merokok sekaligus memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat.
Sharifah Ezzat Wan Puteh, Manajemen Rumah Sakit dan Ekonomi Kesehatan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengatakan produk tembakau alternatif menerapkan sistem pengurangan risiko.
Dengan profil risiko kesehatan yang rendah, produk ini menjadi salah satu alternatif untuk menurunkan angka perokok.
Selandia Baru menjadi salah satu negara yang mendukung kehadiran produk tembakau alternatif.
“Jika kita ingin melihat negara lain sebagai contoh, Selandia Baru berhasil mengimplementasikan GEG (Generational End Game) karena memiliki sistem pendukung lain yang tersedia untuk beralih ke vape,” kata Sharifah yang menjadi narasumber dalam forum forum Evolving Treatment Methodologies in Addiction (ETMA) seperti dikutip dari Worldofbuzz.com, Senin (26/9/2022).
Baca juga: Konsumen Minta Hak Partisipatif dan Advokasi di Regulasi Tembakau
Penggunaan produk tembakau alternatif untuk menurunkan prevalensi merokok juga sudah dilakukan oleh Swedia.
Berkat pemanfaatan produk tersebut, tingkat kematian terkait konsumsi nikotin di Swedia jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.
Padahal, prevalensi rokok di Swedia tidak jauh berbeda dengan negara-negara di Benua Biru.
Mengutip data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), Karl menyebutkan tingkat kematian akibat kanker paru-paru di Swedia hanya mencapai 87 per 100 ribu kasus kematian.
Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata tingkat kematian akibat kanker paru-paru di negara-negara Uni Eropa yang mencapai 220, bahkan lebih rendah dari angka minimalnya yang sebesar 91.
Tingkat kematian akibat semua penyebab yang berhubungan dengan tembakau di Swedia juga tercatat hanya mencapai 222, lebih kecil dari rata-rata tingkat kematian di Uni Eropa yang mencapai 550.
Narasumber lainnya dalam ETMA, Psikolog dan Pendiri Klinik Berhenti Merokok Bernama Fagerstrom Consulting, Karl Fagerstrom menjelaskan rendahnya tingkat kematian tersebut karena adanya perbedaan cara konsumsi nikotin antara masyarakat Swedia dan masyarakat di negara-negara Eropa lainnya.
Masyarakat Swedia lebih cenderung menggunakan produk tembakau alternatif, dalam hal ini Snus atau kantong nikotin. Sementara masyarakat Uni Eropa lainnya cenderung merokok.