“Ketika Anda menggunakan Snus, jumlah asupan nikotinnya sama dengan rokok. Jadi, konsumsi nikotin pengguna Snus tidak lebih rendah dibanding pengguna rokok. Namun, tentu saja efek konsumsinya sangat berbeda,” ujarnya.
Perbedaan efek konsumsi ini bahkan diperkuat dengan profil tingkat kematian akibat konsumsi nikotin di kalangan pria dan wanita di Swedia.
Berdasarkan data Global Burden Disease Study yang juga dikeluarkan oleh WHO, secara total, tingkat kematian pria akibat semua penyebab terkait tembakau di Swedia mencapai 70, sementara rata-rata tingkat kematian di Uni Eropa mencapai 125.
“Menurut saya, hal inilah yang menyebabkan perbedaan besar (tingkat kematian) pria dan wanita (akibat tembakau di Swedia),” ucap Karl, yang juga merupakan penemu Fagerstrom Test for Nicotine Dependence (FTND), sebuah alat bantu tes yang dapat menentukan tingkat ketergantungan seseorang terhadap nikotin.
Lebih lanjut Karl menyebutkan produk tembakau alternatif, khususnya Snus, memang tidak 100 persen bebas risiko.
Oleh karena itu, produk ini sebaiknya tidak dikonsumsi oleh wanita hamil, pasien dengan penyakit diabetes tingkat dua, dan pasien dengan riwayat penyakit jantung (infark miocard).
Namun, hingga saat ini, tidak ada bukti jelas bahwa produk tembakau alternatif khususnya Snus berdampak pada kanker, bahkan kanker ringan.