TRIBUNNEWS.COM, ZURICH - Federasi Sepakbola Dunia (Federation Internationale de Football Association/FIFA) mengeluarkan pernyataan resmi soal kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, berduka atas tragedi yang merenggut nyawa 174 orang usai pertandingan sepakbola Arema Vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) malam.
“Dunia sepak bola sedang shock menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan,” kata Infantino dalam keterangan tertulis di situs resmi FIFA, Minggu.
“Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi yang sungguh tidak terbayangkan," ujarnya.
"Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini," tambahnya.
Baca juga: Pengurus PSS Ke Malang Investigasi Kerusuhan Di Stadion Kanjuruhan, Ketum PSSI Bakal Umumkan Hasil
Dia mengatakan bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa dihaturkan kepada para korban, mereka yang terluka, bersama dengan rakyat Republik Indonesia.
"Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada saat yang sulit ini," ujarnya.
Jumlah Korban Bertambah
Jumlah korban meninggal dunia akibat kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bertambah menjadi 174 orang per pukul 10.30 WIB.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengatakan, jumlah tersebut diketahui dari data yang diberikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.
Jumlah itu, kata Emil, adalah data per hari ini, Minggu (2/10/2022), pukul 10.30 WIB.
“Saya menghindari kesalahan data, tapi merujuk data resmi yang kami terima dari BPBD Provinsi Jawa Timur, di mana per 10.30 WIB itu angkanya menjadi 174 meninggal dunia,” ucap Emil dalam program Breaking News Kompas TV.
Selain penambahan jumlah korban meninggal dunia, Emil juga menyebut jumlah korban luka berat sebanyak 11 orang.
“Ada delapan rumah sakit yang menjadi rujukan.”
Sumber: Kompas.TV/Tribunnews.com