Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Di Jepang saat ini hanya 36,7 persen mahasiswi dan 47% mahasiswa yang pernah punya pengalaman melakukan seks di tahun 2017.
Sedangkan pelajar SMA wanita hanya 19,3% yang mengaku pernah melakukan hubungan seks dan lelaki SMA hanya 13,6%.
Demikian diungkapkan Prof. Masahiro Yamada yang melihat data dari Asosiasi pendidikan seks Jepang tahun 2017 yang melihat penurunan hubungan seksual dilakukan anak muda Jepang di masa mudanya.
Selain itu pihak wanita Jepang tampaknya lebih mementingkan uang, keamanan ekonomi dalam kehidupannya.
"Dari penelitian saya tampaknya wanita akan mencari lelaki kalau penghasilan tahunan sedikitnya 4 juta yen setahun. Sedangkan lelaki umumnya tidak melihat penghasilan kepada wanita yang dicarinya," papar Yamada.
Lalu apakah ada tindakan pencegahan?
Menurut Yamada ada dua langkah diperlukan.
"Pertama kita perlu menciptakan kondisi yang memudahkan kaum muda untuk menikah terutama dalam “Keamanan finansial”. Dengan demikian dapat menjamin bahwa Anda dapat menjalani kehidupan kelas menengah di masa depan, apa pun jenis pekerjaan yang Anda miliki, dengan siapa Anda menikah dan membesarkan anak," paparnya.
Dukungan pernikahan dan cinta, terutama dukungan untuk pria dengan penghasilan stabil sangatlah direkomendasikan, tambahnya.
"Hal kedua, ciptakan kondisi bagi lajang paruh baya dan lanjut usia untuk hidup tanpa isolasi. Menciptakan tempat untuk orang paruh baya dan orang tua lajang. Mencoba meningkatkan pernikahan setengah baya, dan rumah kelompok," jelasnya.
Pengembangan industri virtual, Beli layanan seperti kekasih atau istri yang membuat Anda merasa intim. Demikian pula Maid Cafe, kabaret, industri JK (josei kosei), industri seks sangat maju di Jepang."
Demikian pula hewan peliharaan lebih penting daripada suami tercipta dipikiran wanita Jepang.
"Belum lagi kesenangan kalangan Otaku membuatnya bahagia tanpa perkawinan misalnya mendalami dunia virtual, Anime, komik, game, pachinko, cosplay."