Sehingga, banyak perubahan yang mulai diizinkan di Arab Saudi, seperti pembukaan bioskop di Arab Saudi, Hari Valentine, konser, dan pesta rave.
Berikut sejumlah reformasi Arab Saudi, dilansir Tribunnewswiki.com:
1. Membuka kembali bioskop
Gedung-gedung bioskop komersial dibuka setelah dilarang beroperasi selama 35 tahun.
"Ini menandai momen penting dalam pengembangan ekonomi kultural di Kerajaan," ujar Menteri Budaya dan Informasi, Awwad Alawwad.
Pemerintah Arab Saudi berharap dengan beroperasinya bioskop-bioskop ini akan menjadi katalis pertumbuhan dan diversifikasi ekonomi, serta menciptakan kesempatan baru.
Selain itu, warga Arab Saudi memiliki pilihan hiburan baru.
Bioskop perdana ini kembali dibuka pada 18 April 2018.
Untuk melayani populasi penduduknya yang lebih dari 32 juta, Saudi akan mendirikan 350 bioskop dengan lebih dari 2.000 layar hingga 2030.
2. Menawarkan visa turis
Pemerintah Arab Saudi menawarkan visa turis untuk pertama kalinya.
Penerapan visa ini dilakukan untuk mendongkrak sektor pariwisata.
Sebelumnya, Pemerintah Arab Saudi hanya menerbitkan visa bagi peziarah Muslim dan pekerja asing dan yang terakhir bagi penonton acara olahraga.
Dengan kebijakan baru ini, maka warga negara dari 49 negara bisa mendapatkan visa online maupun visa on arrival, termasuk Amerika Serikat (AS), Australia dan sejumlah negara Eropa.
Meski demikian, Arab Saudi juga memperingatkan turis yang melanggar 'kesopanan publik' tetap akan dikenakan denda.
3. Izinkan pasangan turis asing tak menikah menginap di hotel
Pada Minggu (6/10/2019), Arab Saudi membolehkan pasangan turis asing yang tidak menikah untuk menginap dalam satu kamar hotel.
Selain itu, pemerintah negara ini juga mengizinkan wanita yang bepergian seorang diri menginap di hotel dengan hanya menunjukkan kartu identitas yang masih berlaku.
Sebelumnya, wanita Saudi dilarang menginap seorang diri di hotel.
Adapun bagi pasangan, wajib menunjukkan bukti bahwa mereka sudah menikah.
4. Membangun taman hiburan terbesar
Pemerintah Arab Saudi juga membangun taman hiburan terbesar di negara itu.
Proses pembangunan dimulai pada tahun 2018 dengan luas total mencapai 334 kilometer persegi.
Bahkan, taman hiburan bernama Qiddiya tersebut digadang-gadang bakal menyaingi Walt Disney di Florida, AS dan diperkirakan akan menjadi taman hiburan terbesar di dunia pada 2030.
Selain taman hiburan, ada pula berbagai fasilitas olahraga yang akan menggelar berbagai kompetisi internasional, akademi pelatihan, trek gurun, rekreasi air dan salju, serta petulangan alam dan taman safari.
Qiddiya menjadi salah satu langkah pemerintah Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungan akan minyak.
Kehadiran destinasi wisata yang berjarak 40 kilometer dari Riyadh ini juga menargetkan 8 juta pengunjung dari sekitar Riyadh dan 45 juta pengunjung dari kawasanTeluk Arab.
5. Konser
Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan industri hiburan di negara itu adalah dengan menggelar berbagai konser.
Pada Januari 2017, salah seorang ikon musik dunia Arab yang dijuluki 'Paul McCartney-nya Arab Saudi' yakni Mohammed Abdu menggelar konser di Jeddah.
Jeddah sangat terkenal terutama di kalangan jamaah haji atau jamaah umroh, termasuk dari Indonesia. Bandara Jeddah merupakan bandara transit sebelum naik bus ke Mekkah atau Madinah.
Acara konser di Jeddah tersebut merupakan konser besar pertama dalam tujuh tahun terakhir.
Kemudian, berturut-turut negara itu kembali menggelar konser, salah satunya adalah konser boyband asal Korea Selatan, BTS.
6. Membangun industri film
Sejumlah langkah lain dilakukan Pemerintah Arab Saudi dalam upaya mengembangkan sektor hiburan dan pariwisata.
Salah satunya adalah menggelar konferensi perfilman.
Konferensi tersebut akan mengumpulkan para perintis industri hiburan dunia yang tertarik dengan investasi dan peluang pertumbuhan di sektor hiburan.
Bahan, konferensi ini dihadiri oleh pelaku bisnis film dunia, termasuk tiga orang aktor kelas atas seperti Jason Momoa, Jean Claude van Damme dan Jackie Chan.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Otoritas Hiburan Umum Saudi bekerja sama dengan JOy Forum.
"Orang-orang bisa bepergian dan menghabiskan uang mereka di lar Arab Saudi untuk memperoleh hiburan. Namun kami ingin membawa itu semua kemali ke kerajaan dan membuat sebanyak mungkin pilihan," ujar CEO Otoritas Hiburan Umum Arab Saudi, Amr Banaja.
7. Perempuan Boleh Menyetir Mobil
Pada 24 Juni 2018, Riyadh mengumumkan pencabutan larangan bagi wanita untuk mengemudikan mobil yang berlangsung selama beberapa dekade terakhir.
Sebagai langkah awal, Arab Saudi dilaporkan menerbitkan Surat Izin Mengemudi (SIM) bagi 10 perempuan pada 4 Juni tahun lalu.
Keputusan itu disambut dengan antusias.
Mereka berbondong-bondong menukarkan SIM internasional dengan lisensi Saudi.
8. Perempuan boleh menonton pertandingan sepak bola
Pada awal 2018 Saudi memutuskan untuk mengizinkan perempuan menonton pertandingan sepak bola di stadion.
Berdasarkan keterangan dari kantor kementerian informasi, kebijakan tersebut bakal berlaku secara efektif pada 12 Januari 2018.
"Pertandingan pertama yang bakal ditonton warga perempuan adalah Al Ahli melawan Al Batin," ujar kementerian informasi dalam pernyataannya.
Laga tersebut merupakan momen yang sangat spesial sebab dilangsungkan di Ibu Kota Riyadh.
Selepas itu, perempuan juga boleh menonton bola di Jeddah dan Dammam.
Perempuan bahkan sudah bisa mengisi polisi jabatan tinggi, termasuk duta besar.
Putri Reema binti Bandar bin Sultan ditunjuk Pangeran Mohammad untuk menduduki posisi Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat.
Sebagai catatan, sepak bola termasuk olahraga populer di Arab Saudi. Timnas Arab Saudi merupakan salah satu tim sepak bola terkuat di Asia.
Timnas Arab Saudi lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar, November-Desember 2022.
9. Perubahan dalam Sistem Perwalian
Reformasi lain yang memberikan dampak besar adalah izin perempuan untuk bepergian ke luar negeri tanpa izin wali pria.
Dalam sistem perwalian sebelumnya, setiap perempuan butuh izin dari ayah, suami, maupun kerabat pria jika ingin melakukan sesuatu.
Sistem perwalian itu telah mengundang kecaman dari dunia internasional dan dianggap sebagai salah satu alasan yang mendorong upaya sejumlah warga perempuan melarikan diri dari Arab Saudi.
Perubahan peraturan tersebut memungkinkan setiap perempuan yang berusia di atas 21 tahun berhak bepergian ke luara negeri tanpa izin wali.
Selain itu, reformasi dalam sistem perwalian juga memberi keleluasaan bagi perempuan diakui sebagai wali bagi anak yang belum dewasa.
Media pemerintah memberitakan, perubahan tersebut bakal memberi perempuan Saudi otonomi dan mobilitas lebih besar dan dianggap sebagai 'batu lompatan besar'.
"Perubahan ini bisa berarti perempuan akan dapat mengendalikan penuh takdir hukum mereka," pengusaha bernama Muna AbuSulayman dari akun Twitter-nya.
Selain tiga kebijakan di atas, pada Rabu (9/10/2019) ada perubahan baru untuk meningkatkan hak-hak wanita dan mengumumkan perempuan boleh berdinas sebagai tentara sebagai bagian dari reformasi yang gencar dilakukan.
"Langkah-langkah lain untuk pemberdayaan," demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi sebagaimana dikutip dari Kompas, Senin (14/10/2019).
Nantinya, setiap perempuan yang tertarik menjadi tentara bisa mengabdi dengan pangkat prajurit kelas satu, kopral, ataupun sersan.
Protes
Membahas perayaan Halloween di Riyadh, The New York Times, media dari Amerika Serikat, mengutip sejumlah sumber yang menyatakan protes.
"Adegan itu adalah tanda yang mencolok, dan sedikit mengerikan, dari perubahan yang telah melanda Arab Saudi sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sekarang pewaris takhta dan perdana menteri, mulai naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2015," lapor New York Times.
Netizen di media sosial terpecah, ada yang mendukung dan menentang perayaan ini.
"Gambar-gambar ini diambil di Riyadh. Putra mahkota Mohammad Bin Salman, telah mulai mengizinkan Perayaan Halloween di Arab Saudi, atas nama 'reformisme'."
"Ini bukan reformisme atau inovasi melainkan aib dan degenerasi. Kami tidak menerima ini!" kata Ramazan Izol, penulis dan Presiden Dewan Pemuda Dunia Turki di akun Twitter-nya.
Yahya al-Hazzazi, salah satu warga Saudi mengatakan kepada New York Times bahwa negaranya sedang berubah.
"Jika kami kembali seperti dulu, ini bukan bagian dari adat dan tradisi kami," katanya.
Sementara itu, seorang peserta pesta menilai Halloween hanya untuk bersenang-senang.
"Ini adalah perayaan yang luar biasa, jujur, dan ada semangat kegembiraan," kata Abdulrahman, peserta Halloween yang mengenakan kostum makhluk mitologi Amerika Utara, Wendigo.
"Kalau soal haram atau halal, saya tidak tahu. Kami merayakannya hanya untuk bersenang-senang dan tidak ada yang lain. Kami tidak percaya pada apapun," imbuhnya.
Media Iran turut menyoroti perayaan Halloween di Arab Saudi dalam laporannya bertajuk 'Halloween in Saudi Arabia: Ignorance under mask of modernity'.
Dikatakan Tehran Times, perayaan ini menyulut kontroversi mengenai hukum halal dan haramnya merayakan acara-acara non-Islam di sana.
Beberapa orang mengatakan bahwa Arab Saudi mengikuti tren terbaru dan berbahaya untuk menikmati Halloween atau perayaan lainnya.
Namun pemerintahan MBS juga dikritik karena memilih merayakan acara Barat ini, sementara menolak adanya Maulid Nabi Muhammad.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Asal Usul Halloween