Namun, pakar menyebut Anwar menghadapi tugas berat dalam menjembatani perpecahan rasial yang meningkat di Malaysia.
Belum lagi masalah kenaikan inflasi dan mata uang Ringgit yang jatuh ke titik terlemahnya.
"Perjuangan politik Anwar berada pada tingkat yang sebanding dengan Nelson Mandela (Afrika Selatan), karena keduanya mengalami banyak persekusi dalam proses demokratisasi negara mereka," kata Ei Sun Oh dari Institut Urusan Internasional Singapura.
"Diharapkan dengan Anwar sebagai penanggung jawab, Malaysia dapat kembali ke masyarakat dan ekonomi yang lebih terbuka dan inklusif yang diharapkan akan mengembalikan pamornya di panggung dunia."
Anwar Ibrahim sudah dua kali berada di puncak kekuasaan.
Sebagai seorang pemimpin pemuda yang berapi-api, Anwar mendirikan sebuah gerakan pemuda Islam sebelum dia direkrut ke partai yang berkuasa saat itu, Organisasi Nasional Melayu Bersatu atau UMNO.
Tahun 1990-an, Anwar menjadi wakil perdana menteri sekaligus menteri keuangan di masa pemerintahan Mahathir Mohamad.
Dia "dipersiapkan" untuk mengambil alih jabatan perdana menteri, penerus Mahathir.
Namun, krisis ekonomi Asia membuat Anwar dipecat pada 2 September 1998, The Straits Times melaporkan.
Ia juga dipenjara atas tuduhan korupsi dan sodomi.
Anwar menyebut kasusnya itu adalah konspirasi politik Mahathir Mohamad untuk mengakhiri kariernya.
Pada 29 September 1998, Anwar muncul di pengadilan dengan luka memar di bagian mata.
Ia dilaporkan dianiaya kepala polisi yang menjabat saat itu.
Kondisi Anwar menimbulkan aksi protes di jalanan, meminta perlakuan adil kepada Anwar.