“Keduanya semakin berbagi alat yang seharusnya menjadi perhatian aliansi NATO,” kata Smith kepada Financial Times dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Desember.
“Tidak diragukan lagi bahwa (Republik Rakyat Tiongkok) dan Rusia sama-sama bekerja untuk memecah … mitra transatlantik. Dan kami sekarang sangat sadar, kami semua memiliki apresiasi yang lebih dalam atas upaya tersebut dan berniat untuk mengatasinya," sambungnya.
NATO pada Juni 2022 menambahkan China di antara tantangan strategisnya untuk pertama kalinya, dengan mengatakan bahwa ambisi Beijing dan "kebijakan pemaksaan" merusak "kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai" blok militer Barat.
Baca juga: Helikopter Super Puma Jatuh di Dekat Kyiv, Mendagri Ukraina dan Wakilnya Ikut Tewas
Di bagian lain dalam pidatonya hari ini, Lavrov mengatakan AS telah mengumpulkan koalisi negara-negara Eropa untuk menyelesaikan "masalah Rusia" dengan menggunakan Ukraina sebagai proksi, dengan cara yang sama saat Adolf Hitler mencari "solusi akhir" untuk membasmi orang Yahudi di Eropa.
"Sama seperti Hitler menginginkan 'solusi akhir' untuk pertanyaan Yahudi, sekarang, jika Anda membaca politisi Barat ... mereka jelas mengatakan Rusia harus menderita kekalahan strategis," katanya.
Jurnalis Al Jazeera, Ali Hashem, melaporkan dari Moskow, mengatakan konferensi pers Lavrov adalah upaya untuk mengontekstualisasikan perang ke dalam "konfrontasi Rusia-Barat".