Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Otoritas dunia maya China telah mengumumkan tindakan keras sensor internet demi memastikan tidak ada 'sentimen suram' yang disebabkan oleh rumor seputar pandemi virus corona (Covid-19) selama festival tahun baru China, Imlek.
Perusahaan kesehatan Airfinity memperkirakan lebih dari 600.000 orang telah meninggal sejak pembatasan nol-Covid dicabut pemerintah negara itu pada Desember 2022.
Perkiraan angka ini tentu saja 10 kali lebih banyak dari yang diumumkan secara resmi oleh otoritas China.
Dikutip dari The Guardian, Jumat (20/1/2023), program 'perbaikan online Festival Musim Semi' selama sebulan ini akan menargetkan mereka yang menyebarkan informasi yang dianggap pihak berwenang sebagai 'rumor' mengenai penyebaran Covid-19 dan pengalaman pasien.
Otoritas dunia maya China menetapkan 'perbaikan mendalam terkait informasi palsu dan masalah lainnya demi mencegah sentimen suram'.
Media sosial di China dibanjiri dengan kisah-kisah pribadi orang-orang yang tertular Covid-19, berjuang untuk mendapatkan pengobatan atau perawatan kesehatan, dan kehilangan kerabat lanjut usia (lansia) karena penyakit tersebut.
Pengalaman pribadi banyak orang ini dianggap tidak sesuai dengan narasi resmi pemerintah bahwa wabah telah terkendali dan komentar apapun harus didasarkan pada sains.
Komentar liar yang beredar itulah yang kemudian mendorong tingkat kritik online yang tidak biasa terhadap pemerintah China.
Baca juga: Imlek 2023: Sejarah Tahun Baru China, Arti, hingga Rangkaian Acara dan Maknanya
Sabtu lalu, pejabat kesehatan negara itu mengumumkan jumlah kematian yang diperbaharui mencapai hampir 60.000 orang.
Angka tersebut hanya mencakup mereka yang meninggal di rumah sakit.
Sebelumnya, pemerintah hanya melaporkan sekitar 5.000 kematian akibat Covid-19 sejak pandemi dimulai, termasuk puluhan orang sejak kebijakan nol Covid ditinggalkan pada awal Desember 2022.
Hal itu bertentangan dengan laporan kematian yang tersebar luas, dengan beberapa kota besar melaporkan tingkat infeksi mencapai hingga 90 persen dari populasi mereka.
Baca juga: Jutaan Pekerja di China Mudik Imlek, Padati Stasiun dan Bandara
Pemerintah Partai Komunis yang berkuasa di China sangat sensitif terhadap kritik asing atas responsnya terhadap Covid-19 dan tuduhan tidak transparan terkait data.