TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo mengguncang Turki selatan dan Suriah Utara.
Provinsi Kahramanmaras, Gaziantep, dan Osmaniye merasakan guncangan pada Senin (5/2/2023) pagi, sekira pukul 04.17 waktu setempat.
Seorang profesor di School of Earth and Planetary Sciences di Curtin University di Perth Australia, Chris Elders mengatakan kepada Al Jazeera bahwa gempa susulan setelah gempa kuat dapat berlanjut selama beberapa hari, minggu, bahkan mungkin beberapa bulan.
“Masyarakat akan terus merasakan dampak gempa selama beberapa waktu di daerah ini,” kata Elders.
Elders menambahkan beberapa gempa susulan berkekuatan empat atau lima telah tercatat.
Baca juga: Gempa Turki, KBRI: Sejauh Ini Tidak Ada WNI yang Jadi Korban Tewas
Meski intensitasnya lebih rendah dibandingkan dengan gempa berkekuatan 7,8, gempa tersebut masih 'sangat mengkhawatirkan'.
Gempa terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal sekitar 17 kilometer (2 mil) di bawah permukaan bumi.
"Artinya, gempa dirasakan dengan intensitas yang jauh lebih besar daripada jika lebih dalam di kerak bumi", kata Elders.
Rumah sakit di Suriah kewalahan
Sistem perawatan kesehatan di Suriah kewalahan oleh jumlah orang yang membutuhkan perhatian medis.
Baca juga: Gempa Guncang Turki, KBRI Ankara: Apartemen WNI Alami Rusak Parah, Tengah Upayakan Rumah Penampungan
"Di Suriah, beberapa rumah sakit telah rusak akibat gempa," kata Direktur Regional Timur Tengah untuk Perhimpunan Medis Amerika Suriah, Mazen Kiwara kepada Al Jazeera.
Kiwara mengatakan timnya harus mengevakuasi rumah sakit bersalin di Afrin dan melaporkan sedikitnya lima kematian, termasuk seorang wanita hamil.
“Saat ini kita mengalami krisis, selain kondisi cuaca yang sangat buruk dan bangunan yang roboh,” paparnya.
“Upaya harus difokuskan pada respons kemanusiaan, terutama di tempat penampungan dan kesehatan untuk melindungi populasi lebih dari 1,5 juta orang di Suriah barat laut saja," jelasnya.
Baca juga: Gempa Turki: 360 Orang Tewas, 1.000 Lainnya Terluka di Turki dan Suriah