News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Protes Perang di Ukraina, Anak-anak Rusia Jadi Sasaran Tindakan Keras Kremlin

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prajurit Ukraina menyalakan api dengan mesiu untuk menghangatkan diri di dekat kota Bakhmut di wilayah Donbas pada 5 Maret 2023, di tengah invasi Rusia ke Ukraina.

“Tujuan rezim adalah untuk menimbulkan rasa takut, sehingga mereka mengancam keluarga dengan pemisahan, mengklaim bahwa orang tua tidak membesarkan anak dengan benar, seperti yang terjadi pada Alexey (Moskalyev),” ungkapnya.

Storyev memberikan contoh lain di mana anak di bawah usia 18 tahun berselisih dengan pihak berwenang setelah memberikan pendapat anti perang.

Tidak hanya itu, dua siswa sekolah menengah dilecehkan oleh publik karena menolak untuk berdiri selama lagu kebangsaan Rusia, dan sebaliknya malah memainkan lagu kebangsaan Ukraina.

Baca juga: Zelensky Sebut Rusia Bisa Rebut Kota-kota Utama di Ukraina jika Bakhmut Dikuasai

Di kota Yekaterinburg, seorang anak dimarahi di depan umum karena menulis surat kepada seorang tentara, mendesaknya untuk tidak membunuh orang-orang di Ukraina dan memintanya untuk segera pulang.

Sementara seorang anak berusia 16 tahun didenda karena mengatakan jika dia mengikuti wajib militer, dia akan berjuang untuk Ukraina, kata Storyev.

“Menurut data kami, setidaknya 544 anak di bawah umur ditahan dalam protes anti-perang dalam satu tahun terakhir, dan tujuh anak di bawah umur saat ini dituntut secara pidana karena posisi anti-perang mereka,” ujarnya.

“Secara khusus, anak di bawah umur menjadi sasaran untuk membagikan postingan atau komentar tentang unjuk rasa anti perang, menyebarkan selebaran menentang mobilisasi dan perang, mengadakan demonstrasi tunggal, mengungkapkan pandangan anti perang selama acara sekolah, mendemonstrasikan pakaian anti perang, dan membuat prasasti anti perang," lanjut Storyev.

Storyev juga menyebutkan ada kasus di mana remaja muda ditangkap karena melakukan tindakan secara langsung untuk menyabotase rel kereta api dan pembakaran kantor wajib militer.

Sementara itu, pihak berwenang Rusia mencoba menanamkan patriotisme di generasi muda dengan mengadakan kelas dan program ekstrakurikuler "percakapan penting".

“Rezim mencoba memasukkan anak-anak ke dalam budaya yang sangat termiliterisasi. Upaya untuk melakukannya telah berlangsung jauh sebelum perang, negara mensponsori sekolah kadet dan kelas kadet di sekolah reguler. (Masha) pergi ke sekolah seperti itu dengan kelas kadet," kata Storyev.

“Melalui serangan terhadap sekolah, anak-anak, dan orang tua, Kremlin bertujuan untuk melenyapkan dan menakuti masyarakat sipil Rusia, tetapi terlepas dari segalanya, para aktivis Rusia, di antaranya anak-anak dan orang tua, terus menentang perang, bahkan dengan biaya yang mengerikan,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini