"Tanpa melebih-lebihkan, kami memiliki ratusan ribu cangkang seperti itu. Kami belum menggunakannya," lanjutnya.
Belarus, yang berada di sebelah barat Rusia di perbatasan panjang utara Ukraina, adalah salah satu sekutu terdekat Moskow.
Baca juga: AS Kehilangan Tersangka Asal Rusia, Anak Gubernur Rusia Kabur Dari Tahanan di Milan
Hal ini yang membantu Rusia meluncurkan invasi pertamanya ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.
Ada kekhawatiran selama konflik, Belarus akan kembali digunakan sebagai tempat peluncuran ofensif, atau pasukan Minsk sendiri akan bergabung dalam konflik tersebut.
Dikutip dari CNN, Belarus tidak memiliki senjata nuklir di wilayahnya sejak awal 1990-an.
Tak lama setelah memperoleh kemerdekaan setelah runtuhnya Uni Soviet, ia setuju untuk mentransfer semua senjata pemusnah massal era Soviet yang ditempatkan di sana ke Rusia.
Tak Ada Indikasi Gunakan Nuklir
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan, pihaknya akan "terus memantau implikasi" dari rencana Rusia untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus.
"Kami belum melihat alasan untuk menyesuaikan postur nuklir strategis kami sendiri atau indikasi Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, dikutip dari CNN.
Baca juga: Ukraina akan Segera Luncurkan Serangan Balasan di Bakhmut saat Pasukan Rusia Mulai Kehilangan Tenaga
Rusia dan Belarusia telah membahas pergerakan senjata ini selama beberapa waktu, setelah membuat banyak pernyataan sepanjang tahun lalu.
Sebelumnya, Washington telah menjelaskan kepada Putin bahwa akan ada konsekuensi untuk setiap penggunaan senjata nuklir di Ukraina.
Berbicara pada bulan Oktober, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada CNN, pihaknya tidak bertanggung jawab atas apa yang akan dilakukannya bila Rusia menggunakan nuklir di Ukraina.
"Tidak bertanggung jawab bagi saya untuk berbicara tentang apa yang akan atau tidak akan kami lakukan," kata Joe Biden.
Tetapi, Biden mengisyaratkan kemungkinan eskalasi cepat dalam berbagai peristiwa.
"Kesalahan bisa terjadi, salah perhitungan bisa terjadi, tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi dan itu bisa berakhir di Armageddon," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)