News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Potret Pilu Anak-anak Ukraina Kembali ke Rumah Usai Dideportasi

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Natalia Rakk bersatu kembali dengan putrinya yang berusia 14 tahun, Aliona, setelah kembali dari Rusia melalui perbatasan Ukraina-Belarusia, di wilayah Volyn, Ukraina

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Lebih dari 30 anak dipersatukan kembali dengan keluarga mereka di Ukraina pada akhir pekan ini setelah operasi panjang yang membawa mereka pulang dari Rusia atau Krimea yang diduduki Moskow.

Para ibu memeluk putra dan putrinya saat mereka melintasi daerah perbatasan dari Belarus ke Ukraina pada Jumat (7/4/2023), setelah misi penyelamatan kompleks yang melibatkan perjalanan melintasi empat negara.

Kyiv memperkirakan hampir 19.500 anak telah dibawa ke Rusia atau Krimea sejak Moskow menginvasi pada Februari tahun lalu, yang dikecam sebagai deportasi ilegal.

Baca juga: Dokumen Rahasia tentang Perang di Ukraina Bocor, Pejabat AS Menduga Rusia yang Membocorkannya

Seorang gadis berusia 13 tahun bernama Dasha Rakk mengatakan dia dan saudara kembarnya setuju untuk meninggalkan kota Kherson, yang diduduki Rusia pada tahun lalu, karena alasan perang dan pergi ke kamp liburan Krimea selama beberapa minggu.

Namun, ketika mereka sampai di Krimea, pejabat Rusia mengatakan anak-anak itu akan tinggal lebih lama.

"Mereka mengatakan kami akan diadopsi, bahwa kami akan mendapatkan wali," kata gadis tersebut, yang dikutip dari Reuters.

"Ketika mereka pertama kali memberi tahu kami bahwa kami akan tinggal lebih lama, kami semua mulai menangis," lanjutnya.

Ibu Dasha, Natalia, mengatakan dia telah melakukan perjalanan dari Ukraina ke Krimea melalui Polandia, Belarus, dan Moskow untuk menjemput putrinya. Semenanjung Krimea Ukraina telah diduduki Rusia sejak 2014.

"Itu sangat sulit tetapi kami terus berjalan, kami tidak tidur di malam hari, kami tidur sambil duduk," kata Natalia menggambarkan perjalanannya ke kamp.

"Sungguh memilukan melihat anak-anak yang tertinggal menangis di balik pagar," ungkapnya.

Sementara itu, Moskow, yang menguasai bagian timur dan selatan Ukraina, menyangkal menculik anak-anak dan mengatakan mereka telah dipindahkan demi keselamatan mereka.

Baca juga: Negara Barat Tak Bisa Menguliahi China Soal Ukraina

"Sekarang misi penyelamatan kelima hampir selesai. Sangat istimewa mengingat jumlah anak yang berhasil kami kembalikan dan juga karena kerumitannya," kata pendiri organisasi kemanusiaan Save Ukraine yang membantu mengatur misi penyelamatan, Mykola Kuleba.

Kuleba mengatakan dalam pengarahan Kyiv pada Sabtu (8/4/2023), semua 31 anak yang dibawa pulang mengatakan tidak ada seorang pun di Rusia yang berusaha menemukan orang tua mereka.

“Ada anak-anak yang berpindah lokasi lima kali dalam lima bulan, beberapa anak mengatakan bahwa mereka hidup dengan tikus dan kecoa,” ujar Kuleba.

Anak-anak itu dibawa ke tempat yang disebut orang Rusia kamp musim panas dari wilayah pendudukan Kharkiv dan wilayah Kherson di Ukraina, tambah Kuleba.

Tiga anak, yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, hadir pada pengarahan media di Kyiv. Save Ukraine mengatakan mereka pulang pada misi sebelumnya yang mengembalikan total 18 anak pada bulan lalu.

Ketiganya mengatakan, mereka telah dipisahkan dari orang tua mereka yang ditekan oleh otoritas Rusia untuk mengirim anak-anak mereka ke kamp musim panas Rusia selama dua minggu, dari wilayah pendudukan Kherson dan Kharkiv.

Anak-anak yang mengikuti pengarahan mengatakan mereka dipaksa untuk tinggal di kamp musim panas selama empat sampai enam bulan dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain selama mereka tinggal.

"Kami diperlakukan seperti binatang. Kami dikurung di gedung terpisah," kata seorang anak yang berasal dari Kherson, Vitaly.

Dia menambahkan, mereka bahkan diberi tahu bahwa orang tua mereka tidak lagi menginginkan mereka.

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan komisaris hak anak Rusia, Maria Lvova-Belova, pada bulan lalu yang menuduh mereka menculik anak-anak dari Ukraina.

Moskow tidak menyembunyikan tindakan mereka mengambil ribuan anak Ukraina dari daerah yang diduduki, tetapi menampilkannya sebagai kampanye kemanusiaan untuk melindungi anak yatim dan anak-anak yang ditinggalkan di zona konflik.

Baca juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Gagal Ubah Pikiran Xi Jinping Soal Ukraina

Rusia menolak tuduhan ICC, dengan mengatakan tidak mengakui yurisdiksi pengadilan dan menyebut surat perintah itu batal.

Lvova-Belova mengatakan awal pekan ini bahwa komisinya bertindak atas dasar kemanusiaan untuk melindungi kepentingan anak-anak di daerah lokasi aksi militer terjadi dan tidak menggerakkan siapa pun yang bertentangan dengan keinginan mereka atau orang tua atau wali sah mereka, yang persetujuannya selalu diberikan.

Seorang pengacara dari sebuah LSM Ukraina yang disebut Pusat Regional untuk Hak Asasi Manusia, Kateryna Rashevska, mengatakan mereka sedang mengumpulkan bukti untuk membangun sebuah kasus bahwa pejabat Rusia dengan sengaja mencegah kembalinya anak-anak Ukraina.

"Dalam setiap cerita ada berbagai macam pelanggaran internasional dan tidak bisa dibiarkan begitu saja," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini