TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melarang pengunjung dan turis Yahudi memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, selama 10 hari terakhir Ramadhan.
Larangan ini berlaku saat ketegangan meningkat di Tepi Barat.
Perdana Menteri Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Yaoc Gallant, dan Menteri Keamanan Nasional Israel Ben Gvir, memutuskan untuk melarang masuknya pengunjung dan turis Yahudi ke Temple Mount hingga akhir Ramadhan.
Pengumuman ini datang di 10 malam terakhir Ramadhan, di mana umat Islam dari Palestina biasanya mengunjungi masjid Al-Aqsa untuk meningkatkan ibadah.
Keputusan ini juga telah dibuat oleh Israel pada tahun-tahun sebelumnya, seperti diberitakan Arab News.
Sebelumnya, 1.500 pemukim Israel yang beragama Yahudi menyerbu kompleks masjid Al-Aqsa untuk merayakan Paskah Yahudi pada Senin (10/4/2023).
Baca juga: Israel Tembak Mati 2 Pria Palestina di Tepi Barat, 2 Lainnya Melarikan Diri
Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, mengatakan, ada sekira 912 pemukim Israel yang datang dengan merayakan Paskah Yahudi pada Minggu (9/4/2023), yang berlanjut hingga 12 April 2023.
Mereka terdiri dari 21 kelompok, yang dikawal oleh polisi Israel, seperti diberitakan Anadolu Agency.
Ketegangan Israel dan Palestina selama Ramadhan
Baca juga: Seorang Remaja Palestina Dibunuh Pasukan Israel di Kamp Pengungsi Jericho
Ketegangan di Tepi Barat yang diduduki Israel, semakin memanas setelah terjadi serangkaian kekerasan dengan warga Palestina.
Meningkatnya kekerasan ini terjadi di bulan Ramadhan yang bertepatan dengan Paskah Yahudi.
Pada Selasa (11/4/2023), Israel menembak mati dua pria Palestina di Tepi Barat.
Keduanya dianggap sebagai empat teroris yang menembak sebuah kendaraan di pos tentara Israel di dekat pemukiman Elon Moreh, Kota Nablus, Tepi Barat.
Tentara Israel membalas serangan dengan menembak mereka.