News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang Saudara di Sudan

Bentrokan Berlanjut di Darfur Barat, Krisis Makanan dan Air di Sudan pun Kian Memburuk

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kombinasi file gambar yang dibuat pada 16 April 2023 ini menunjukkan Panglima Angkatan Darat Sudan Abdel Fattah al-Burhan (kiri) di Khartoum pada 5 Desember 2022, dan komandan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter Sudan, Jenderal Mohamed Hamdan Daglo (Hemedti), di Khartoum pada 8 Juni 2022. - Pertempuran di Sudan berkobar untuk hari kedua pada 16 April setelah pertempuran mematikan antara para jenderal saingan yang memegang kendali sejak kudeta 2021 mereka menewaskan puluhan orang dan melukai hampir 600 orang, memicu peringatan internasional. (Photo by ASHRAF SHAZLY / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Pertempuran antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) berlanjut Jumat kemarin, berjam-jam setelah gencatan senjata terbaru.

Pernyataan ini disampaikan saksi mata di negara itu.

Dikutip dari laman CNN, Sabtu (29/4/2023), para pejabat setempat memperingatkan bahwa banyak orang yang telah tewas dalam 'bentrokan etnis yang mematikan' di ibu kota Darfur Barat, El Geneina sejak awal minggu ini.

Situasi di seluruh Sudan saat ini telah memburuk, negara itu kekurangan pasokan air dan makanan pokok, laporan penjarahan pun kian meluas, dengan rumah sakit menjadi sasaran.

"Konflik tersebut telah menyebabkan lebih dari 50.000 orang melarikan diri dari Sudan ke Chad, Mesir, Sudan Selatan, dan Republik Afrika Tengah," kata Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), pada Jumat kemarin.

Sebelumnya, Angkatan Bersenjata Sudan yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan dan kelompok paramiliter RSF yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo pada Kamis lalu setuju untuk memperpanjang gencatan senjata yang sedang berlangsung selama 72 jam.

Namun kekerasan terus mengguncang Darfur yang bergolak, tempat perang antara pemberontak dan pasukan pemerintah yang didukung oleh milisi merenggut hampir 300.000 nyawa pada awal 2000-an.

Menurut Pendiri Jaringan Pemantauan dan Dokumentasi Darfur, Ahmed Gouja yang berbicara dari Nyala di Darfur Selatan, pertempuran baru-baru ini yang terkonsentrasi di El Geneina terjadi antara milisi Arab dan warga sipil.

"Warga sipil setempat telah mempersenjatai diri dengan senjata dari markas kantor polisi kota," kata Gouja.

Dalam sebuah laporan pada Rabu lalu, kantor kemanusiaan PBB OCHA menggambarkan situasi di El Geneina berubah menjadi kekacauan dengan 'bentrokan, penjarahan dan pembakaran rumah' yang dilaporkan terjadi di selatan kota.

Warga sipil pun dilaporkan tewas dan mengungsi akibat kekerasan tersebut.

"Pasar dilaporkan telah dijarah, begitu juga dengan beberapa bangunan organisasi kemanusiaan. Sebagian besar pusat kesehatan bahkan tidak berfungsi," kata OCHA.

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan pada Jumat lalu bahwa setidaknya 96 orang telah tewas sejak Senin lalu dalam 'bentrokan etnis yang mematikan' di El Geneina.

Juru bicara OHCHR Ravina Shamdasani memperingatkan bahwa ada risiko serius kekerasan meningkat di Darfur Barat, karena permusuhan antara Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) telah memicu kekerasan antarkomunal.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini