Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, HAVANA - Pawai Hari Buruh (May Day) tahunan Kuba untuk memperingati Hari Buruh Internasional yang dijadwalkan berlangsung pada Senin (1/5/2023) kemarin telah dibatalkan oleh pemerintah komunis.
Hal itu karena kelangkaan bahan bakar akut sangat mengganggu keseimbangan ekonomi di negara itu.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (2/5/2023), peringatan tahunan ini biasanya melihat ratusan ribu warga Kuba turun ke Lapangan Revolusi di Havana, ibu kota Kuba untuk berpartisipasi dalam perayaan menandai hari libur pekerja sosialis, yang memperingati gerakan buruh negara itu.
Momen tersebut pernah dibatalkan pada 2020 dan 2021, selama pandemi virus corona (Covid-19).
Baca juga: Sempat Ditangkap karena Diduga Sebagai Penyusup, 8 Peserta Demo Hari Buruh di Makassar Dipulangkan
Tahun ini, negara kepulauan itu dicengkeram oleh kelangkaan bahan bakar yang sangat parah.
Beberapa pengendara melaporkan dalam beberapa minggu terakhir bahwa mereka telah tidur di mobil mereka saat mengantre di jalur pompa bensin selama beberapa hari hanya untuk mendapatkan bensin.
"Kami masih belum memiliki gagasan yang jelas tentang bagaimana kami akan keluar dari situasi ini," kata Presiden Miguel Diaz-Canel pada April lalu, tentang penurunan cadangan bahan bakar.
Kuba menggunakan sekitar 500 hingga 600 ton bahan bakar setiap hari, namun stok saat ini hanya memungkinkan pendistribusian sekitar 400 ton per hari.
Ekonomi yang melemah pun telah menghadirkan batu sandungan tambahan, yakni berkurangnya kapasitas untuk mengimpor pengencer yang dapat memurnikan minyak mentah berkualitas rendah.
Sejak 2000 lalu, Kuba telah mengadakan perjanjian barter dengan Venezuela, di mana minyak mentah diimpor ke Kuba untuk ditukar dengan dokter, guru dan pegawai pemerintah yang berpendidikan.
Baca juga: 7 Tuntutan Buruh di Hari Buruh 2023, Bahas Omnibus Law hingga Tolak Upah Murah
Namun hubungan ini telah tegang dalam beberapa tahun terakhir karena Venezuela berjuang untuk mengatasi kekurangan bahan bakarnya sendiri.
Tahun ini saja, ekspor minyak Venezuela ke Kuba turun menjadi 55.000 barel per hari dari hampir 80.000 barel per hari pada 2020.
"Selama dua dekade terakhir Venezuela telah kehilangan pendapatan tersebut dengan tidak menjual minyak itu di pasar internasional. Saya pikir mereka baru saja sampai pada titik di mana mereka tidak dapat lagi menyediakan minyak bebas tunai kepada Kuba," kata Jorge Pinon, yang mengepalai program Energi dan Lingkungan di University of Texas.
Sanksi yang dijatuhkan ke Kuba oleh pemerintahan Presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan sebagian besar dipertahankan oleh Presiden ke-46 AS Joe Biden dirancang untuk memberikan 'tekanan maksimum' di pulau itu, di tengah perpanjangan embargo perdagangan AS terhadap Kuba.
Kepemimpinan Kuba menyalahkan pengaruh gabungan dari sanksi AS dan pandemi sebagai pengaruh yang melumpuhkan pada jalur kehidupan ekonominya, yakni industri pariwisata.
"Hanya ada sedikit pekerjaan, karena ada sedikit pariwisata, dan anda tidak dapat bekerja banyak karena anda harus menghemat bahan bakar," kata seorang Pengemudi Turis, Yosvel Sosa Vargas, bulan lalu.