Pendukung di luar markas partai pun meneriakkan salah satu slogannya, 'semuanya akan baik-baik saja', namun tidak jelas apakah kemenangn itu akan terjadi.
Pemimpin oposisi sebelumnya dengan marah menuduh pemerintah berusaha 'menghalangi keinginan rakyat', dengan meluncurkan tantangan berulang kali di kubu oposisi.
Dua bintang yang sedang naik daun di partai tersebut, yakni Wali Kota Istanbul dan Ankara mengingatkan para pemilih bahwa ini adalah strategi yang telah digunakan oleh Partai AK Erdogan sebelumnya.
Mereka memuji tim sukarelawan oposisi yang sangat besar, yang menjaga surat suara untuk memastikan tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada pemungutan suara.
Kilicdaroglu yang kini berusia 74 tahun, telah kalah dalam beberapa pemilihan sebagai pemimpin Partai Rakyat Republik.
Namun kali ini pesannya untuk menghapus kekuasaan presiden yang berlebihan 'sangat menyentuh hati'.
Turki juga telah terhuyung-huyung dari krisis biaya hidup dengan inflasi mencapai 44 persen yang diperburuk oleh kebijakan ekonomi ortodoks Erdogan.
Tidak mengherankan jika pasar saham Bist-100 Turki turun 2,7 persen pada Senin pagi dan lira Turki juga kembali merosot.
Kemudian pemerintah Erdogan disalahkan atas respons penyelamatan yang lambat terhadap gempa bumi ganda yang melanda negara itu pada Februari lalu, yang menewaskan lebih dari 50.000 orang di 11 provinsi.
Kendati demikian, meski mengalami beberapa bulan yang sangat sulit, presiden Turki yang dominan ini tampaknya lebih unggul dari pesaingnya yang didukung negara Barat.
Baca juga: Dunia Hari Ini: Dua Calon Presiden Turki Bersaing Ketat dalam Pemilu
Hasil semalam menunjukkan dukungan terhadap Erdogan di delapan kubu partai yang terdampak gempa hanya turun dua hingga tiga poin.
Di tujuh dari delapan kota itu, dukungannya tetap berada di atas 60 persen, hanya di Gaziantep saja yang turun menjadi 59 persen.
Berbicara kepada para pendukungnya dari balkon yang ia gunakan untuk kemenangan sebelumnya, Erdogan mengumumkan bahwa 'meskipun hasil akhirnya belum keluar, kita jauh di depan'.
Namun berapapun selisih antara dua pesaing menjelang putaran kedua yang diharapkan akan berlangsung dalam dua minggu ke depan, Erdogan tampaknya telah menentang banyak lembaga survei yang mengatakan bahwa saingannya memiliki keunggulan dan bahkan bisa langsung menang tanpa putaran kedua.