TRIBUNNWS.COM - Setelah bertahun-tahun mencoba memberantas populasi tikus di Kota Paris, Wali Kota Anne Hidalgo akhirnya menyerah dan mengubah taktik.
Wali Kota Paris Anne Hidalgo memberi tahu penduduk bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk tinggal berdampingan dengan hewan pengerat tersebut.
Dilansir The Telegraph, kantor Wali Kota Paris telah mengumumkan pembentukan komite khusus yang bertugas mempelajari bagaimana 2 juta penduduk Kota Paris dapat hidup dalam harmoni bersama 6 juta ekor tikus.
“Dengan panduan dari wali kota, kami telah memutuskan untuk membentuk sebuah komite untuk menyelidiki masalah kohabitasi,” ujar Anne Souyris, wakil wali kota untuk kesehatan masyarakat, selama pertemuan Dewan Paris.
Menurut Souyris, yang merupakan anggota Partai Ekologi Prancis, komite tersebut akan ditugaskan untuk menghasilkan solusi yang akan "seefektif mungkin" untuk warga Paris.
Rencana itu diumumkan hampir enam tahun setelah Paris meluncurkan rencana senilai €1,5 juta (Rp 24,2 miliar) untuk mengekang populasi tikus kota.
Baca juga: Sempat Dikira dari Bangkai Tikus, Ternyata Bau Tak Sedap Itu Berasal dari Mayat Manusia
Kritik terhadap pendekatan baru itu menuduh pemerintahan Hidalgo gagal menangani masalah ini dengan serius.
“Paris layak mendapatkan yang lebih baik,” kata Geoffroy Boulard, wali kota arondisemen ke-17 kota itu.
Boulard telah lama menjadi pengkritik vokal terhadap proliferasi tikus kota.
Ia menyebut Paris kurang meluncurkan dana untuk proyek ini, karena membandingkan dana € 1,5 juta (Rp 24,2 miliar) dengan dana $ 32 juta (Rp 478 miliar) di New York.
Namun, kelompok hak hewan memuji pengumuman tersebut.
Mereka menyebut langkah tersebut merupakan hasil dari lobi pejabat kota selama lebih dari dua tahun.
Baca juga: Unggahan Meme Puan Maharani Berbadan Tikus Viral, Ketua BEM UI Melki Sedek Ngaku Dapat Ancaman
Amandine Sanvisens, salah satu pendiri kelompok aktivis Paris Animaux Zoopolis, berpendapat bahwa menghabiskan jutaan euro untuk melawan tikus kota adalah tindakan yang "kejam" dan "tidak efektif" .
Ia menyinggung penggunaan antikoagulan, salah satu metode yang paling umum untuk membunuh tikus yang menyebabkan pendarahan internal dan kematian yang lambat dan menyakitkan.
“Tikus juga menjadi lebih kebal terhadap antikoagulan dari waktu ke waktu, sehingga tidak berhasil,” katanya.
Beberapa metode "kohabitasi" yang diusulkan Sanvisens termasuk berinvestasi dalam 100 tong sampah yang tertutup rapat di seluruh kota untuk membatasi akses tikus ke sisa makanan.
Penggunaan kontrasepsi oral tikus yang disebut ContraPest juga dianjurkan.
Obat itu sudah digunakan di Amerika Serikat, yang mampu mengurangi kesuburan hewan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)