Jemaah dari seluruh dunia telah memenuhi bandara modern di kota pesisir Jeddah, Arab Saudi, sebelum ritual Haji dimulai pada hari Minggu malam waktu setempat.
Namun jemaah dari Sudan sebagian besar tiba dengan perahu karena bandara Khartoum, pusat penerbangan utama negara itu tidak dapat digunakan karena pertempuran mematikan itu.
Untuk bisa sampai ke Makkah, Kabashi mempertaruhkan perjalanan darat lebih dari dua hari ke Port Sudan di timur.
Di sana, ia kemudian naik kapal yang membawanya menyeberangi Laut Merah ke Jeddah, sebuah perjalanan yang membutuhkan waktu tambahan nyaris dua hari.
Kabashi yang sebelumnya pernah menunaikan ibadah Haji, kali ini idampingi temannya, Ahmed Jaber yang baru pertama kali menunaikan ibadah Haji.
Jaber, seorang pedagang berusia 62 tahun, mengatakan bahwa ia membayar biaya lebih dari 4.300 dolar Amerika Serikat (AS) dan telah mempersiapkan selama berbulan-bulan untuk ibadah Haji, salah satu dari lima rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh semua Muslim di dunia, setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Ia mengatakan bahwa awalnya, orang yang dicintainya lah yang akan menjadi tujuan utama dari doa yang dipanjatkannya.
"Namun sekarang saya tidak hanya berdoa untuk keluarga saya, saya berdoa untuk semua warga Sudan. Kami hanya memimpikan perdamaian," kata Jaber, sambil menahan air mata.
Menurut Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengungsi, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan hampir 600.000 orang telah melarikan diri dari Sudan ke negara-negara tetangga dan lebih dari dua juta orang mengungsi di dalam Sudan.
Mereka yang berhasil mencapai Makkah berjalan berkelompok, bendera negara mereka pun tercetak di jubah putih yang mereka kenakan.
Bagi Guru Matematika bernama Haram Ali, tiba di kota suci mengindikasikan bahwa dirinya bisa merasa lebih tenang untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.
"Saya merasa tenang secara mental dan saya berdoa untuk perdamaian bagi semua orang Sudan, sehingga mereka juga dapat merasakan kenyamanan yang sama," kata Ali.
Wanita berusia 49 tahun itu menyebut ziarah ini sebagai 'anugerah dari Allah'.
"Saya telah pulih dari kelelahan Sudan," jelas Ali, sambil mengangkat tangannya untuk berdoa saat air mata mengalir dari matanya.
Seorang wanita yang berdiri di dekatnya bernama Maha Abdullah mengatakan bahwa 'situasinya sulit' di tanah kelahiran mereka.
Ibu rumah tangga berusia 50 tahun itu pun menegaskan bahwa perlu adanya campur tangan Allah SWT untuk menciptakan kedamaian di Sudan.
"Perlu campur tangan Allah untuk mengubah banyak hal," pungkas Abdullah.