Pada kenyataannya, kedua kubu Korea secara teknis masih berperang karena tidak ada kesepakatan damai yang tercapai saat konflik berakhir.
Rusia dan China adalah sekutu lama Korea Utara.
Kunjungan mereka menandai pertama kalinya Kim membuka pintu bagi tamu asing sejak pandemi Covid.
Terakhir kali Pyongyang mengundang delegasi pemerintah asing untuk parade militer adalah pada Februari 2018.
Presiden Putin Kirim Surat
Selain memamerkan persenjataan yang dimiliki Korea Utara, Kim Jong Un juga berbincang secara hangat dengan Shoigu.
Dalam pertemuan itu, Shoigu memberikan surat bertanda tangan dari Presiden Rusia Vladimir Putin ke Kim Jong Un.
KCNA, menambahkan, Shoigu menyebut militer Korea Utara "yang paling kuat" di dunia.
Delegasi China yang berkunjung, dipimpin oleh anggota politbiro China, Li Hongzhong, juga menyerahkan surat pribadi dari Presiden China Xi Jinping kepada Kim Jong Un.
Kim dilaporkan mengatakan kepada Li bahwa "rakyat Korea tidak akan pernah melupakan fakta bahwa prajurit pemberani dari Relawan Rakyat China menumpahkan darah untuk membawa kemenangan perang".
Beijing telah mengirim pasukan pada musim gugur 1950 untuk mendukung Korea Utara dalam perang melawan Korea Selatan.
Uni Soviet saat itu juga mendukung Korea Utara dalam perang tersebut.
Sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia tetap menjadi sekutu alami bagi Korea Utara karena ketidaksukaan mereka terhadap AS.
Beberapa analis mengatakan penyertaan utusan China dan Rusia dalam parade Hari Kemenangan tahun ini mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pembatasan Covid.
Ini terjadi beberapa minggu setelah gambar warga Korea Utara berjalan-jalan tanpa masker ditampilkan di media pemerintah.