Perdana Menteri India Narendra Modi seakan menambah masalah dengan melarang sebagian penjualan beras India.
India diam-diam telah mengalami revolusi hijau kedua selama dekade terakhir, dengan hasil beras naik sebesar 20 persen, menurut Departemen Pertanian AS, dilansir Barrons.
Dengan inflasi harga pangan domestik yang merayap kembali ke 5 persen per tahun, dan pemilihan umum musim semi mendatang, PM Narendra Modi memutuskan bahwa India membutuhkan lebih banyak beras untuk dalam negeri.
“Modi memasuki tahun pemilu, dan inflasi pangan sangat sentral,” ujar Kona Haque, kepala penelitian di konsultan komoditas ED&F Man.
Keputusan pelarangan ekspor ini sangat disayangkan bagi Bangladesh dan negara-negara lain yang bergantung pada beras India.
Persediaan beras global berada pada titik terendah dalam enam tahun, ujar Zanna Aleksahhina, seorang analis di konsultan Mintec Global.
Produksi di Thailand dan Vietnam, eksportir No. 2 dan No. 3, dimaksimalkan.
Sementara itu, ahun 2023 adalah tahun El Niño.
Baca juga: Bapanas Pastikan Stok Beras Indonesia Aman Meski India Setop Ekspor Akibat Gagal Panen
Peristiwa siklus cuaca ini, didorong oleh air yang lebih hangat di Samudra Pasifik, cenderung membuat Asia lebih panas dan lebih kering.
Kondisi itu buruk untuk beras, yang tumbuh subur dalam kondisi basah.
Kondisi tersebut, ditambah keanehan cuaca terkait perubahan iklim yang lebih luas, mendorong Modi untuk melindungi cadangan makanan dalam negeri.
Namun jika semuanya berjalan baik, dengan hujan monsun musim panas yang teratur dan panen musim gugur yang baik, Modi akan melonggarkan pembatasan ekspor pada akhir November, prediksi Khan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)