TRIBUNNEWS.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina dilaporkan makin intensif menyasar kota-kota dan pemukiman di kedua negara.
Saling balas serangan antara Rusia dan Ukraina itu dilaporkan menggunakan sejumlah persenjataan, termasuk unmanned aerial vehicle (UAV), pesawat nirawak yang lazim dikenal sebagai drone.
Drone disebut-sebut sebagai cara baru bagi kedua negara untuk menyerbu lokasi-lokasi musuh yang dianggap strategis.
Laporan BBC beberapa waktu lalu mengulas seputar penggunaan drone oleh Rusia dan Ukraina dalam perang modern ini.
Baca juga: Zelensky Ancam Perang akan Datang ke Rusia, Moskow Balas Bombardir Kampung Halaman Presiden Ukraina
Pada Januari silam, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut Rusia berencana untuk "menghabisi" negaranya dengan serangan menggunakan drone buatan Iran .
Mereka telah dituduh meluncurkan gelombang yang disebut drone "kamikaze" terhadap kota-kota dan pembangkit listrik Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.
Sebaliknya, pihak Rusia juga menyebut Ukraina menargetkan sejumlah infrastruktur di Moskow, Kremlin, dan Semenanjung Krimea juga menggunakan drone.
Baca juga: Misil Ukraina Dibalas Rudal Rusia, Gedung Dinas Keamanan SBU Meledak Kena Hantam Roket
Apa itu drone 'kamikaze' Rusia?
Pemerintah Ukraina dan badan intelijen Barat mengatakan Rusia telah menggunakan drone Shahed-136 buatan Iran dalam konflik sejak musim gugur tahun lalu.
Juga disebut Geranium-2 oleh Rusia, ia memiliki bahan peledak di hulu ledak di hidungnya dan dirancang untuk berkeliaran di atas target sampai diperintahkan untuk menyerang.
Shahed-136 memiliki lebar sayap sekitar 2,5 m (8,2 kaki) dan sulit dideteksi di radar.
Pemerintah Iran mengatakan telah memasok "sejumlah kecil" drone ke Rusia sebelum perang.
Tetapi AS dan Uni Eropa menuduh Iran mengirim pengiriman drone secara teratur ke Rusia.
Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi lebih berat sebagai tanggapan atas suplai Iran tersebut.
Para pakar senjata dan pertahanan militer meyakini Rusia akan lebih memilih menggunakan drone Shahed-136 daripada rudal jelajah untuk serangan udara karena harganya relatif murah - masing-masing sekitar $20.000 (£17.800) atau setara Rp 302 juta per unit drone.