TRIBUNNEWS.COM- Kegiatan Jambore Pramuka Sedunia di Korea Selatan mendadak jadi tempat yang tidak menyenangkan bagi ratusan pesertanya.
Ratusan pramuka remaja laki-laki dan perempuan jatuh sakit pada acara pramuka sedunia di Korea Selatan.
Saat gelombang panas melanda Korea Selatan, para peserta jambor yang rencananya digelar 12 hari itu banyak yang sakit.
Hal itu tentu saja membuat kesal beberapa orang tua dari berbagai negara dan menyerukan agar acara selama 12 hari itu dibatalkan.
Acara diikuti oleh hampir 40.000 peserta dari seluruh dunia. Sebagian besar siswa sekolah menengah dan atas.
Mereka berasal dari 155 negara yang berbeda untuk menghadiri acara tersebut.
Menurut Kim Hyun-sook, ketua Komite Penyelenggara jambore dan Menteri kesetaraan Gender dan Keluarga mengatakan Festival selama seminggu lebih yang menampilkan pertunjukan budaya dan kegiatan di luar ruangan.
Sekitar 40 ribu peserta itu berkemah saat Korea Selatan secara konsisten mencatat suhu tinggi, bagi mereka yang berasal dari Eropa, suhu terasa sangat panas meski hanya sekitar 35 derajat Celcius.
Gelombang panas menimbulkan kebingungan penyelenggara jambore.
Dikutip dari CNN, pada hari Kamis saja, 1.486 orang mengunjungi rumah sakit di lokasi Jambore Pramuka Dunia.
Acara kemah sedunia diadakan di Saemangeum, beberapa jam di selatan Seoul.
Dari orang-orang yang mengunjungi rumah sakit, 250 melaporkan ruam kulit, 138 menderita penyakit yang berhubungan dengan panas, dan 386 mengalami gigitan serangga.
Tetapi tidak ada peserta yang berada dalam kondisi kritis, kata seorang pejabat dari Dinas Pemadam Jeonbuk.
Karena semakin banyak anak yang jatuh sakit, orang tua merasa khawatir.
Mereka bersama para pengamat dari seluruh dunia curhat di media sosial terkait acara tersebut.
Mereka merasa panik dan marah kepada penyelenggara, dan tuntutan agar acara diakhiri – dengan pesan yang ditulis dalam berbagai bahasa.