Namun demikian, Arif bersyukur karena seluruh delegasi dari Indonesia selamat.
"Alhamdulillah semua aman, selamat," ujar Arif.
Menurut Arif, sampai saat ini gempa susulan masih terasa dan kerap terjadi. Bahkan sebagian pengunjung hotel memilih tidur di area terbuka dekat kolam renang.
"Adapun kami tetap tidur di kamar. Gempa susulan terjadi beberapa kali dengan intensitas lebih kecil," ucap Arif.
Arif belum tahu apakah kepulangannya ke Indonesia akan dipercepat. Pasalnya, ia bersama tamu-tamu dari Indonesia dan negara lain masih harus mengikuti rangkaian Konferensi Internasional ke-10 tentang Geopark Global UNESCO itu.
"Untuk rencana pulang, belum tahu apakah dipercepat atau tidak, masih harus dikoordinasikan dengan penyelenggara," kata Arif.
Prabowo Wiratmoko Jati yang bekerja sebagai anggota staf di KBRI Rabat juga menceritakan detik-detik gempa yang terasa hingga ibu kota Rabat.
Sebelum terjadi gempa, Bowo sudah bersiap untuk tidur. Dia ketika itu sedang dalam posisi tiduran tengkurap sambil melihat HP di kasur.
Dalam kondisi tersebut, tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan suara berisik burung cockatiel atau burung parkit Australia peliharaannya.
Burung itu didapati menabrakkan diri berulang kali ke sangkar. Setelah itu kepalanya terasa ada yang mendorong dari belakang.
"Lalu, saya coba berdiri kok rasanya sempoyongan. Dalam hati langsung berkata, wah ini gempa. Jadilah saya langsung keluar kamar sambil membangunkan istri dan anak-anak," jelas dia.
Salah seorang anaknya ternyata belum tidur dan dia merasakan juga gempa sehingga langsung ikut keluar rumah.
"Semua penguni apartemen Jenan Nahda Fadesa berteriak
dan takbir berhamburan ke luar gedung apartemen," ungkapnya.
Bowo bercerita, saat hendak membuka pintu untuk ke luar rumah, dirinya sempat melihat akuarium bergoncang keras sampai airnya mau tumpah.