TRIBUNNEWS.COM - Misteri masih terus menyelimuti nasib Komandan Armada Laut Hitam Rusia yang diklaim Ukraina tewas dalam serangan rudal terhadap markas angkatan laut Rusia di Krimea.
Mengutip dari CNBC, pada hari Selasa, Kementerian Pertahanan Rusia menerbitkan sebuah video di mana Laksamana Viktor Sokolov terlihat menghadiri konferensi video dengan para pejabat pertahanan Rusia.
Namun hingga saat ini, tidak diketahui apakah pertemuan tersebut benar-benar terjadi pada hari itu atau kapan video tersebut direkam.
Selama video tersebut diputar, Sokolov tidak terlihat berbicara sama sekali.
Nasib Sokolov semakin dipertanyakan ketika sebuah stasiun televisi yang dijalankan oleh Kementerian Pertahanan menerbitkan video kedua pada hari ini (27/9/2023).
Dalam video tersebut, menunjukkan Sokolov masih hidup.
Baca juga: Ini Dia Taktik dan Persenjataan Rusia yang Bisa Bikin Tank Abrams AS Milik Ukraina Jadi Besi Rongsok
Saluran tersebut, Zvezda, memposting video di Telegram menyebutnya sebagai video 'eksklusif'.
Saluran tersebut juga memposting kutipan dari wawancara dan menghubungkan komentar tersebut dengan Sokolov.
″Armada Laut Hitam berhasil melaksanakan tugas yang diberikan komando kepada kami, termasuk pasukan permukaan dan bawah air, penerbangan laut, dan pasukan pesisir. Anda tahu laporan-laporan yang hampir selalu ditayangkan di TV yang menceritakan tentang tindakan heroik marinir kita," kutipan tersebut.
Sama seperti video pertama, keaslian video tersebut masih dipertanyakan hingga saat ini.
Seorang analis pertahanan terkemuka Inggris, Michael Clark juga mempertanyakan keaslian video pertama Rusia.
Menurutnya, video tersebut terlihat aneh dan bukan merupakan bukti konklusif bahwa Sokolov masih hidup.
"Kami telah melihat videonya, tidak terlalu jelas dan cukup sering terjadi lompatan,"
Baca juga: Tanda Perang Terbuka, Rusia Resmi Tuding AS-Inggris Pandu Rudal Ukraina ke Mabes Armada Laut Hitam
"Kami telah menemukan orang di video yang paling mirip dengan Sokolov, dan itu mungkin dia, tapi itu bukan kecocokan yang sepenuhnya jelas, " analis pertahanan dan keamanan Michael Clarke mengatakan kepada Sky News pada hari Selasa.