Insiden Langka, AS Hancurkan Aset Militer NATO, Jet F-16 Tembak Drone Tempur Turki di Suriah
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah jet tempur F-16 militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan menembak jatuh sebuah drone Turki yang beroperasi di atas Suriah pada Kamis (5/10/2023).
Insiden ini menjadi kejadian yang jarang terjadi antara Washington dan sekutunya di NATO.
Pesawat jet F-16 AS menembak jatuh drone tersebut karena dianggap sebagai ancaman bagi pasukan AS di bagian timur laut negara itu.
Insiden penembakan pertama kali diberitakan oleh The Wall Street Journal (TWSJ) mengutip seseorang yang mengetahui kejadian penembakan tersebut.
Baca juga: Duit Barat Kian Tipis ke Ukraina, Rusia Malah Kebut Produksi Jet Tempur Su-34
Seorang pejabat Amerika mengatakan kepada TWSJ kalau pihak AS mengetahui drone tersebut adalah milik Turki sebelum mereka bertindak.
Sebagai catatan, drone Turki yang ditembak jatuh ada berjenis drone tempur yang dipersenjatai dengan amunisi udara ke darat.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kantor yang berbasis di Inggris yang mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Suriah, mengatakan pada Kamis pagi kalau “Koalisi Internasional” menargetkan pesawat tak berawak Turki.
"Militer Turki mengakui bahwa sebuah pesawat tak berawak ditembak jatuh tetapi menyangkal kepemilikan atas pesawat tak berawak tersebut," menurut laporan Reuters.
Reuters juga melaporkan, mengutip keterangan dua pejabat AS, kalau pesawat tak berawak Turki tersebut telah beberapa kali diperingatkan karena beroperasi terlalu dekat pasukan Amerika.
Pentagon: Itu Aksi Pembelaan Diri
Komando Pusat AS (CENTCOM) belum memberikan komentar atas insiden langka tersebut.
Pun, pada konferensi pers Kamis sore, Sekretaris Pers Pentagon, Brigjen Angkatan Udara AS, Jenderal Pat Ryder mengkonfirmasi insiden tersebut.
Dia menyebutnya sebagai insiden yang “sangat disesalkan”.
Dia juga menekankan kalau tidak ada pasukan AS yang terluka dan tidak ada indikasi bahwa Turki dengan sengaja menargetkan pasukan AS.
Dia menambahkan bahwa Turki tetap menjadi salah satu sekutu AS yang terkuat dan paling berharga.
Ryder mengatakan pasukan AS mengamati drone Turki melakukan serangan udara di sekitar Hasakah, Suriah pada pukul 07.30 waktu setempat.
Pihak Pentagon menambahkan kalau beberapa serangan dari drone Turki tersebut terjadi di dalam zona operasi terbatas tempat pasukan AS berada.
Drone-drone tersebut berada sekitar satu kilometer dari pasukan AS, yang sempat berlindung ke bunker.
Beberapa jam kemudian, pada pukul 11:30 waktu setempat, sebuah drone Turki memasuki kembali zona operasi terbatas tersebut.
Komandan AS menilai drone tersebut merupakan "ancaman potensial", sehingga F-16 menembak jatuhnya.
AS mengutip “hak yang melekat untuk membela diri” dalam keputusannya untuk menembak jatuh pesawat tak berawak tersebut.
AS Sudah Hubungi Turki
Untuk menghindari kesalahpahaman, Pat Ryder menambahkan bahwa AS telah berkomunikasi dengan Turki.
"Komunikasi berkembang ke tingkat yang cukup tinggi dengan rantai komando operasional” sebelum keputusan diambil," katanya.
Panggilan telepon antara Menteri Pertahanan AS Lloyd J. Austin III dan Menteri Pertahanan Nasional Turki Yasar Guler disebutkan terjadi setelah penembakan drone tersebut.
Turki dalam beberapa hari terakhir memag menggencarkan pengeboman terhadap apa yang dikatakannya sebagai militan Kurdi di Irak dan Suriah.
Turki menuding kelompok tersebut sebagai dalang atas serangan bom bunuh diri di Ankara akhir pekan lalu.
Beberapa orang telah terbunuh minggu ini akibat serangan Turki tersebut, menurut para pengamat.
AS memiliki sekitar 900 tentara yang dikerahkan ke Suriah sebagai bagian dari koalisi internasional yang bekerja dengan pasukan lokal untuk melakukan operasi kontraterorisme melawan ISIS.
Baru-baru ini, pasukan Amerika melakukan dua serangan helikopter selama minggu terakhir bulan September yang masing-masing mengakibatkan penangkapan seorang pejabat ISIS, menurut Komando Pusat AS.
Selama konferensi pers Pentagon hari Kamis, Ryder mengatakan pasukan AS akan “tetap fokus dalam mengalahkan misi ISIS di Suriah.”
(oln/TWSJ/reuters/BI/*)