Pejabat Rusia ke Dewan Keamanan PBB: Kiev Sudah Habis, Serangan Balasan Ukraina Berakhir
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Rusia mengklaim kalau 'counter offensive' (serangan balasan) pasukan Ukraina yang sudah berlangsung sekitar empat bulan, sudah berakhir.
Serangan balasan tentara Kiev itu ditujukan untuk merebut wilayah-wilayah pendudukan Rusia di teritori yang mereka anggap sebagai kedaulatan Ukraina, termasuk Krimea.
Pasukan Rusia meresponsnya dengan membentuk garis pertahanan kuat, membuat pertempuran dari serangan yang dimulai pada awal Juni silam menghancurkan wilayah-wilayah tersebut.
Baca juga: Bukan Tank Atau Rudal, Meriam Kaliber Kecil Rusia Ini Jadi Malapetaka Bagi Pasukan Ukraina
“Serangan balik” yang dilakukan pasukan Ukraina selama empat bulan telah gagal mencapai tujuannya," kata duta besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, kepada Dewan Keamanan pada Jumat (13/10/2023).
Vassily Nebenzia menyebut, selama beberapa hari belakangan ini, pasukan Rusia telah beralih ke operasi tempur, hampir di seluruh garis depan.
Ujarannya tersebut merujuk pada upaya Rusia merebut kembali daerah-daerah yang sempat diambil alih Ukraina, termasuk di front Barat di antaranya Avdiivka, wilayah Donbass.
"Oleh karena itu, kita dapat mempertimbangkan apa yang disebut sebagai serangan balasan Ukraina secara resmi telah berakhir,” kata Nebenzia.
Menurut utusan Rusia tersebut, serangan Ukraina selama empat bulan hanya mengakibatkan ratusan unit peralatan Barat hancur dan puluhan ribu nyawa orang yang wajib militer oleh rezim Kiev, yang sebagian besar tidak ingin berperang.
"Beberapa dari mereka yang beruntung menyerah dan tetap hidup," tambah Nebenzia.
Merujuk klaim Presiden Rusia, Vladimir Putin pekan lalu di Klub Diskusi Valdai di Sochi, korban di pihak Ukraina berjumlah lebih dari 90.000 orang, 557 tank, dan 1.900 kendaraan lapis baja,
Baca juga: Cuma 12 Orang, Pasukan Siluman Ukraina yang Jalan Kaki Acak-acak Satu Peleton Tentara Rusia
Cuma Jadi Alat Barat
Vassily Nebenzia juga menggarisbawahi kalau Barat punya andil terhadap perang berkepanjangan yang pada akhirnya membuat Ukraina makin menderita.
"Alih-alih mengakhiri “pembantaian” warga Ukraina di garis depan, negara-negara Barat “terus memberi mereka senjata, seperti obat-obatan kepada seorang pecandu, sehingga memperpanjang penderitaannya,” kata Nebenzia kepada Dewan Keamanan PBB.
Dia mengklaim, Tentara Ukraina sejatinya tidak ingin berperang melawan Rusia, hanya, dorongan Barat membuat mereka terus maju dalam pertempuran yang kerap berakhir dengan sia-sia.