Skenario Serangan Darat Tentara Israel Masuk Gaza: Banjiri Terowongan, Tak Acuhkan Sandera
TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel, IDF dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk membanjiri sistem terowongan yang digunakan Hamas sebelum memulai operasi daratnya di Jalur Gaza.
Skenario penyerbuan itu diungkapkan jurnalis investigasi AS, Seymour Hersh, dengan mengutip sumber yang mengetahui soal rencana ini.
“Seorang pejabat Amerika yang berpengetahuan luas mengatakan kepada saya bahwa petinggi Militer Israel diketahui sedang mempertimbangkan untuk membanjiri sistem terowongan Hamas yang luas sebelum mengirim pasukannya," kata Seymor Hersh, dikutip Rabu (25/10/2023).
Hersh dalam laporannya itu menekankan kalau pasukan Israel cenderung tergesa dan memiliki persiapan yang mepet untuk menyerbu masuk Gaza dalam upaya mereka memburu Hamas.
Baca juga: AS Cemas Pasukan Israel Cuma Antar Nyawa Masuk Gaza: Tak Ada Taktik Jelas untuk Serangan Darat
"Banyak dari mereka hanya menjalani pelatihan beberapa minggu dalam manuver dan koordinasi yang diperlukan untuk invasi tersebut," kata Hersh dalam ulasan di kolomnya yang diterbitkan di Substack.
Hersh mengatakan Israel sedang dalam proses mengubah Kota Gaza menjadi puing-puing.
Hal itu dilakukan melalui pemboman terus-menerus dan juga berencana untuk segera memulai invasi darat.
IDF Cenderung Tak Acuhkan Ratusan Sandera
Konsekuensi dari rencana membanjiri terowongan sebelum menyerbu masuk, kata dia, adalah militer Israel cenderung tidak mengacuhkan keberadaan sandera yang saat ini ditahan Hamas.
"Membanjiri terowongan bisa berarti bahwa Israel siap untuk “menghapuskan sandera yang masih dalam bahaya,” kata Hersh.
Bagi sang jurnalis, pertimbangan untuk tetap ngotot menyerbu Gaza melalui serangan darat menimbulkan pertanyaan tentang niat Israel terhadap para sandera, terlebih jumlahnya ratusan orang.
Baca juga: Hannibal Directive, Protokol dan Metode Tentara Israel Tumbalkan Warganya Sendiri Demi Tumpas Hamas
“Di mana diperkirakan terdapat lebih dari 200 sandera merupakan sebuah pertanyaan terbuka. Israel hanya berbicara tentang berakhirnya rezim Hamas dan Hamas sejauh ini telah membebaskan empat sandera,” kata Hersh.
“Pejabat Amerika mengatakan kepada saya bahwa petinggi Israel memperkirakan akan ada lebih banyak hal yang akan terjadi dalam waktu dekat,” katanya.
Sebelumnya pada Selasa, Wakil Direktur Jenderal Diplomasi Publik Israel, Emmanuel Nahshon mengatakan bahwa Israel menunda dimulainya invasi darat di Gaza karena kemungkinan adanya “perangkap mematikan.”
Baca juga: AS Cemas Pasukan Israel Cuma Antar Nyawa Masuk Gaza: Tak Ada Taktik Jelas untuk Serangan Darat
"Militer Israel mengambil waktu karena perlu mempersiapkan tentaranya menghadapi situasi unik ini," tambah Nahshon.
Hersh lebih lanjut mengindikasikan brigade Martir al-Aqsa bergabung dengan brigade Qassam – sayap militer Hamas – dalam serangan terhadap kibbutzim dan permukiman Israel pada 7 Oktober 2023.
"Pada hari penyerangan ke Israel, brigade Qassam tidak sendirian dan justru bergabung dengan brigade Martir al-Aqsa, sebuah koalisi kelompok bersenjata Palestina yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Israel, Uni Eropa, dan lainnya," kata artikel itu pada Selasa, mengutip seorang pejabat AS.
“Kami tahu, kalau Brigade Martir al-Aqsa ikut serta (dalam serangan Hamas 7 Oktober),” tulis Hersch mengutip pernyataan pejabat tersebut.
(oln/*/Sbstck/sptnk/*)