TRIBUNNEWS.COM - Konflik Palestina dengan Israel menjadi duka bagi sebagian besar kelompok.
Korban terus berjatuhan, mulai dari masyarakat Palestina hingga jurnalis media yang sedang bertugas.
Bahkan, keluarga Kepala Biro Bahasa Arab Al Jazeera, Wael Dahdouh, tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.
Mereka adalah istri, putra, putri, dan cucu Dahdouh.
Banyak media yang mengungkapkan kesedihan mereka karena seseorang yang terbiasa meliput tragedi orang lain kini harus menghadapi tragedinya sendiri.
"Sebagai seorang jurnalis dan penulis, Wael adalah mercusuar pemberitaan yang berani dan jurnalisme yang otentik," ujar Mohammed Mhawish, seorang jurnalis dan penulis Palestina yang tinggal di Gaza, dikutip dari Al Jazeera, (26/10/2023).
Baca juga: Utusan Palestina Sindir Negara-negara Berstandar Ganda di PBB, Desak Hentikan Israel Bombardir Gaza
Serangan yang menimpa keluarga Dahdouh terjadi selang beberapa minggu setelah Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dilaporkan meminta emir Qatar untuk mengurangi liputan Al Jazeera Arab tentang perang di Gaza.
"Mereka membalas dendam melalui anak-anak kami," ujar Dahdouh.
Sementara itu, seorang warga Beirut Lebanon, Abdulrahman Bashar mempertanyakan mengapa Israel menargetkan jurnalis.
"Saya tidak melihat beritanya tetapi semua orang membicarakannya."
"Mengapa mereka menargetkan jurnalis?"
Seorang mahasiswa media dan komunikasi massa di Gaza, Ahmed al-Yazil mengatakan, Israel berusaha menutup suara Dahdouh sebagai jurnalis Al Jazeera yang melaporkan realita perang.
"Israel berusaha untuk menutup suara Wael dan setiap warga Palestina yang mencoba melaporkan realitas kehidupan di bawah pendudukan dan perang. Tapi itu tidak akan berhasil, bahkan jika kita kehilangan orang yang kita cintai," ujarnya.
Sementara itu, para pemimpin Uni Eropa (UE) mendesak serangan Israel agar bantuan kemanusiaan ke Gaza bisa masuk.