Israel menanggapinya dengan pengepungan total terhadap Gaza dan kampanye pengeboman yang telah menewaskan lebih dari 8.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, dalam waktu kurang dari tiga minggu.
Pada tanggal 19 Oktober, kapal angkatan laut USS Carney menembak jatuh empat rudal dan beberapa drone yang ditembakkan dari Yaman yang dikuasai Ansarallah. Arab Saudi dilaporkan mencegat rudal kelima.
Para pejabat AS mengatakan rudal dan drone itu mengarah ke utara, kemungkinan besar menuju Israel.
Pada tanggal 27 Oktober, sebuah drone atau rudal Ansarallah merusak sebuah bangunan di Taba dan sebuah proyektil atau puing-puing jatuh di dekat Nuweiba, Mesir.
Menurut Michael Horton dari Institute for Responsible Statecraft, sebuah wadah pemikir kebijakan luar negeri yang berbasis di AS, para pemimpin Ansrallah justru dalam bahaya menjerat diri mereka sendiri dan Yaman dalam lingkaran eskalasi yang akan mengarah pada percepatan kembali pertempuran di Yaman.
Krisis Kemanusiaan Terburuk di Dunia
Perang antara Ansarallah dan koalisi pasukan pimpinan Saudi menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, sebagian besar pertempuran sudah berhenti selama setahun terakhir, karena sebagian besar gencatan senjata tentatif telah dilaksanakan, dan kedua belah pihak telah terlibat dalam perundingan damai yang menyebabkan beberapa pertukaran tahanan.
Horton lebih lanjut mencatat kalau, provokasi terbaru yang dilakukan oleh Houthi [Ansarallah] tidak akan berdampak pada perang Israel-Hamas, namun mereka mungkin memicu serangan balasan oleh AS dan sekutunya.
"Ada kemungkinan bahwa Houthi akan menanggapi setiap serangan udara dengan meningkatkan peluncuran rudal dan drone yang mungkin menargetkan Arab Saudi dan UEA. Houthi telah berhasil menargetkan lokasi-lokasi yang jauh di dalam wilayah kedua negara, termasuk infrastruktur energi penting,” katanya.
“Baik Arab Saudi dan UEA tetap terlibat dalam perang di Yaman dan keduanya akan dipaksa untuk menanggapi serangan yang dipimpin Houthi, mungkin dengan serangan udara mereka sendiri,” tambah Horton.
(oln/blmbrg/tc/*)